Miris Dokter dan Perawat di China: Gaji Dipangkas saat Covid Melonjak
Sejumlah tenaga kesehatan (Nakes) di China menghadapi pemotongan hingga penundaan gaji saat gelombang Covid-19 besar menghantam negara itu.
Salah satu ahli bedah di rumah sakit di kota bagian selatan, Zhou, mengaku belum dibayar selama tiga bulan.
"Rumah sakit tak memberi kami penjelasan, tak membayar, dan kami semua mengejek diri sendiri karena bekerja dengan pinjaman," kata Zhou, Jumat (20/1) seperti dikutip South China Morning Post.
Zhou juga bercerita pembayaran yang terakhir ia terima jauh lebih sedikit dari biasanya, dan bahkan dipangkas hampir 4.000 yuan atau sekitar Rp8,8 juta.
Ia menyebut hal ini membuat semangat staf medis sangat rendah, sementara dihadapkan pada gelombang pasien yang tak kunjung berhenti. Apalagi, bonus akhir tahun senilai 60 ribu yuan (Rp133 juta) yang biasa ia kantongi pun kini tak jelas nasibnya.
Meski demikian, Zhou tak punya kuasa pergi dari tempat ia bekerja saat ini, terutama karena RS tidak mengizinkan nakesnya mengundurkan diri. Mereka yang mundur juga bisa dimasukkan dalam daftar hitam sehingga kesusahan mencari kerja.
Seorang perawat di rumah sakit umum lain, Wang, juga mengalami hal serupa. Ia harus berlapang dada lantaran gaji dipotong hampir setengahnya sejak pandemi dimulai pada 2020.
"Gaji sebelum pajak saya turun secara bertahap dari 24.000 yuan [sekitar Rp54 juta] menjadi 13.000 yuan [sekitar Rp28 juta] sebulan, tetapi kami sebenarnya bekerja di bawah tekanan yang lebih besar daripada dokter," tutur Wang.
Ia lanjut berkata,"Kami sangat kelelahan setelah sejumlah besar pasien Covid yang dirawat baru-baru ini."
Wang juga mengatakan bulan ini pemerintah setempat menjanjikan bonus hingga 20 ribu yuan atau sekitar Rp44 juta untuk setiap staf medis yang kelelahan karena pandemi. Namun, hingga sekarang, ia belum menerima uang itu.
Usai melonggarkan strategi Nol-Covid, China mengalami kenaikan kasus.
Namun, kasus yang melonjak ini tak sejalan dengan persiapan medis yang memadai. Kombinasi tersebut menyebabkan rumah sakit kewalahan, dan apotek kekurangan pasokan pil demam.
Di sisi lain, dalam tiga tahun terakhir, China mengalami perlambatan ekonomi imbas kebijakan super ketatnya.
(isa/vws)