Sederet kabar meramaikan berita internasional Rabu (25/1), mulai dari Turki disebut bakal hengkang dari NATO hingga Amerika Serikat dan Jerman akan mengirimkan tank berat ke Ukraina.
CNNIndonesia.com merangkum berita-berita global yang menjadi sorotan itu dalam Kilas Internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turki dilaporkan tengah berencana keluar dari blok Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO).
Wakil Ketua Partai Tanah Air Turki, Ethem Sancak, mengatakan Ankara berencana meninggalkan aliansi pertahanan terbesar di dunia itu dalam lima sampai enam bulan ke depan.
Ia menuturkan sejumlah alasan Ankara mempertimbangkan keluar dari aliansi itu, seperti tekanan yang kian kuat hingga perkembangan relasi Turki dengan NATO dan beberapa negara Eropa lainnya belakangan ini.
"NATO memaksa kami bertindak melalui provokasi-provokasinya. Mereka [NATO] mencoba mengadu domba kami dengan tetangga kami, Yunani," kata Sancak dalam wawancara bersama surat kabar Aydinlik yang dikutip kantor berita Rusia, TASS, Rabu (25/1).
Setelah sempat galau, Jerman akhirnya memastikan mereka akan mengirimkan 14 tank Leopard 2 untuk membantu Ukraina melawan Rusia.
Kanselir Olaf Scholz mengumumkan keputusan tersebut dalam rapat kabinet pada Rabu.
"Ini adalah hasil konsultasi intensif yang dilakukan dengan mitra terdekat Jerman di Eropa dan internasional," kata Scholzdalam pernyataan resmi yang dikutip CNN.
Ia kemudian berujar, "Keputusan ini mengikuti kebijakan kami dalam mendukung Ukraina dengan kemampuan terbaik kami."
Selain itu, Jerman juga akan memberikan izin bagi negara lain yang ingin mengirim tank Leopard 2 ke Ukraina.
Tak lama setelah pengumuman Jerman, Amerika Serikat juga memastikan bakal mengirimkan 31 tank M1 Abrams untuk membantu Ukraina melawan Rusia.
Presiden Joe Biden mengumumkan kepastian pengiriman tank itu pada Rabu, setelah berbicara dengan para sekutu utama AS di Eropa.
"AS akan mengirimkan 31 tank M1 Abrams ke Ukraina yang setara dengan satu batalion tank Ukraina," kata pejabat senior pemerintahan AS, seperti diberitakan AFP, Rabu (25/1).
"Tank ini adalah sistem yang kompleks dan membutuhkan banyak pelatihan dan pemeliharaan. AS sekarang akan mulai bekerja untuk membuat program pelatihan yang komprehensif."
Tank M1 Abrams akan dibeli dengan dana bantuan untuk Ukraina, bukan mengirimkan stok yang sudah tersedia di AS. Dengan demikian, tank tersebut belum akan tersedia di medan perang dalam beberapa bulan mendatang.
(has)