Polisi Denmark Jaga Ketat Aksi Rasmus Paludan Bakar Al-Quran

CNN Indonesia
Senin, 30 Jan 2023 11:38 WIB
Setelah Swedia, Rasmus Paludan kembali melakukan aksi pembakaran Al-Quran di Denmark. (Ritzau Scanpix/Olafur Steinar Gestsson via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Aktivis sekaligus politikus ekstrem sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, lagi-lagi membuat geger publik usai kembali membakar Al-Quran di depan sebuah masjid dan kedutaan besar Turki di Copenhagen, Jumat (27/1).

Selain aksi pembakaran Al-Quran, satu hal yang menjadi perhatian banyak pihak adalah aksi provokatif dan anti-Islam yang dilakukan Paludan itu justru mendapat perlindungan dari kepolisian Denmark.

Diberitakan Anadolu Agency, Paludan melancarkan aksinya itu di seberang masjid milik Islamic Society di distrik Dortheavej, Copenhagen, sesaat setelah waktu salat Jumat selesai.

Dari banyak foto dan video yang tersebar di media memperlihatkan Paludan membakar Al-Quran sambil mengenakan helm tepat di depan pom bensin sebrang masjid. Terlihat sekelompok aparat memasang garis polisi sambil mengelilingi Paludan yang tengah berorasi menggunakan pengeras suara sambil membakar Al-Quran. 

"Denmark tidak punya tempat untuk masjid ini," kata Paludan saat melakukan aksinya yang ia rekam secara langsung di akun Facebooknya.

Aksinya itu dilihat banyak jemaah masjid yang baru keluar usai melaksanakan salat Jumat. Paludan juga terlihat mencoba memprovokasi para jemaah masjid dengan melambaikan sesuatu yang menghina Nabi Muhammad.

Polisi anti huru-hara Denmark pun segera menutup pintu masuk dan keluar masjid sambil menerapkan prosedur pengamanan penuh di sekitar lokasi.

Para pemuka agama di masjid itu juga segera menyarankan para jemaah yang keluar dari masjid untuk segera meninggalkan area tersebut demi menghindari provokasi dan risiko bentrokan.

Polisi juga dilaporkan sempat menegur sekelompok pemuda Muslim yang terlihat membawa air dan alat pemadam api di tangan.

Paludan lalu pergi dengan digiring mobil polisi setelah sekitar 40 menit mencoba memprovokasi umat Islam di kawasan tersebut.

Al Jazeera melaporkan kala berunjuk rasa, Paludan menegaskan bahwa dia bakal terus membakar Al-Quran setiap Jumat sampai Swedia dan Finlandia direstui Turki bergabung dengan Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO).

"Begitu dia [Erdogan] membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji bahwa saya tidak akan membakar Al Quran di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap Jumat pukul 2 siang," ucapnya lewat pengeras suara.

Turki pun geram dengan aksi terbaru Paludan dan telah memanggil duta besar Denmark di Ankara demi memprotes "aksi terencana" ini.

Sementara itu, pemerintah Denmark juga telah mengomentari aksi Paludan tersebut. Meski begitu, pernyataan pemerintah Denmark sejauh ini tidak berbunyi kecaman atau teguran atas aksi Paludan. 

Copenhagen hanya menegaskan bahwa Denmark-Turki memiliki relasi yang baik.

"Denmark memiliki hubungan baik dengan Turki, dan kasus ini tidak mengubah itu," kata Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen melalui email kepada Reuters.

"Tugas kami sekarang adalah berbicara dengan Turki tentang kondisi di Denmark dengan demokrasi terbuka kami, dan bahwa ada perbedaan antara Denmark sebagai sebuah negara dan rakyat kami dan orang-orang yang memiliki pandangan yang sangat berbeda," katanya.

Finlandia dan Swedia sendiri telah mengumumkan rencana bergabung dengan NATO sejak tahun lalu akibat ancaman invasi Rusia ke Ukraina.

Turki, anggota NATO sejak 1952, ogah menerima Swedia dan Finlandia masuk aliansi pertahanan itu dengan alasan kedua negara masih mendukung organisasi yang dianggap Ankara kelompok teroris. Kedua negara Nordik itu juga masih menerapkan sanksi dan embargo senjata terhadap Turki.

Presiden Recep Tayyip Erdogan pun melayangkan sejumlah syarat kepada Swedia dan Finlandia jika ingin mendapat restu Ankara masuk NATO. Salah satu syarat itu adalah memulangkan sejumlah aktivis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap Turki teroris.

Namun, sejak aksi pembakaran Al-Quran oleh Paludan, relasi Turki-Swedia makin rumit sampai-sampai Erdogan menegaskan kepada Stockholm jangan berharap dukungannya untuk masuk NATO.

Sementara itu, Swedia dan Finlandia membutuhkan persetujuan seluruh anggota NATO agar bisa masuk aliansi itu.



(blq/rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK