Finlandia Isyaratkan Rusia Mungkin Terlibat Aksi Bakar Al-Quran Swedia
Menteri Luar Negeri Finlandia, Pekka Haavisto, menduga Rusia kemungkinan terlibat dalam aksi pembakaran Al-Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia, pekan lalu.
Haavisto mengatakan politikus sayap kanan Swedia Rasmus Paludan, pelaku pembakaran Al Quran, kemungkinan memiliki hubungan dengan Rusia. Ia juga mengatakan keterlibatan Paludan dan Rusia saat ini telah "diselidiki" dan mengatakan "hubungan tertentu" terkait keduanya juga "telah ditemukan".
"(Ada) pertanyaan yang muncul apakah ada pihak ketiga yang berusaha memicu kontroversi, misalnya Rusia, atau pihak lain yang menentang keanggotaan NATO dan ingin memprovokasi ini untuk mencapainya. Ini tidak bisa dimaafkan," kata Haavisto dalam wawancara dengan YLE TV1 pada Sabtu (28/1).
Soal ini, pemerintah Swedia sejauh ini belum berkomentar. Meski begitu, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson sempat menyinggung bahwa ada "kekuatan yang mungkin ingin mengupayakan Swedia tidak bisa masuk aliansi militer."
"Ada kekuatan baik di dalam maupun di luar Swedia yang ingin menghalangi keanggotaan Swedia di NATO," kata Kristersson seperti dikutip Al-Arabiya.
"Dengan latar belakang itu, kita perlu melihat para provokator yang ingin memperburuk hubungan Swedia dengan negara lain," kata Kristersson menambahkan.
Media Swedia juga sebelumnya mengungkap bahwa Paludan menerima bayaran untuk aksinya membakar Al-Quran di Swedia dari seorang wartawan yang berafiliasi dengan media pemerintah Rusia, Russia Today (RT).
Rasmus Paludan sebelumnya membakar kitab suci umat Islam di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari lalu. Aksi itu membuat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan naik pitam hingga semakin enggan mendukung Swedia masuk NATO.
Namun, selain akibat provokasi Paludan, Haavisto menganggap bahwa Turki kemungkinan sedang berusaha menunda aksesi Swedia ke NATO selama menjelang masa pemilihan umum Turki yang akan diselenggarakan pada Mei.
Menurutnya, topik ini bakal kembali dibahas oleh Turki usai pemilu rampung.
"Pandangan umum adalah bahwa Turki mengambil waktu jeda untuk aksesi Swedia ke NATO dan mungkin untuk kembali membahas itu setelah pemilu Mei," ujarnya.
Dia juga berujar saat ini pintu masuk negara-negara Nordik ke NATO sudah diblokir secara permanen. Dia menilai mustahil Finlandia bisa masuk seorang diri ke NATO meninggalkan Swedia.
"Tidak mungkin Finlandia akan bergabung dengan aliansi pertahanan sebelum Swedia," ucapnya.
Turki baru-baru ini memang menghentikan pembicaraan soal keinginan Finlandia dan Swedia masuk NATO usai insiden pembakaran Al Quran akhir pekan lalu.
Pembicaraan ketiga negara yang semula dijadwalkan digelar Februari pun terpaksa diundur hingga waktu yang tak diketahui.
Finlandia dan Swedia sendiri sudah sejak lama berharap bisa ikut bergabung dengan NATO. Mayoritas negara anggota sudah mendukung, namun hanya Turki dan Hungaria yang belum memberikan suara.