Kremlin cemas terkait situasi di wilayah Moldova yang pro-Rusia, Transnistria, dan memantau secara intensif di daerah tersebut.
Juru bicara Kantor Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan situasi di Transnistria menjadi fokus Kremlin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Situasi di Transnistria adalah objek perhatian terdekat kami dan memprihatinkan," kata Peskov pada Minggu (26/2), seperti dikutip CNN.
Peskov menuduh situasi tersebut dipicu provokasi dari pihak eksternal. Ia memperingatkan gangguan itu kemungkinan dari Ukraina dan negara-negara Eropa.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia menuding Ukraina akan menginvasi Transnistria melalui operasi bendera palsu.
Kemenhan Rusia menyatakan Ukraina berencana melancarkan serangan yang seolah dilakukan pasukan Rusia dari Transnistria.
Serangan tersebut, lanjutnya, bisa menjadi dalih Ukraina menyerbu wilayah Moldova.
Penjelasan Kemhan Rusia merupakan gambaran operasi bendera palsu.
Operasi bendera palsu biasanya dilakukan dengan menyamarkan dalang di balik satu serangan. Operasi semacam ini biasanya digunakan satu pihak untuk memvalidasi serangan mereka.
Belakangan, ketegangan di Moldova tengah meningkat. Pada awal Februari, Presiden Moldova Maia Sandu menuduh Rusia hendak mengkudeta pemerintahan sah.
Tindakan itu, menurut dia, bisa menyeret Moldova ke dalam perang Rusia.
Transnistria secara sepihak memisahkan diri dari Moldova pada 1990, ketika negara itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Namun, mereka tak pernah diakui secara internasional. Dunia masih mengakui Transnistria sebagai wilayah kedaulatan Moldova.
Setelah Uni Soviet runtuh, separatis pro-Rusia melancarkan perang melawan pasukan pemerintah Moldova. Sejak itu, sekitar 1.500 tentara Rusia ditempatkan di Transnistria.
(isa/bac)