Rusia soal Gagasan Damai China: Dipertimbangkan, Invasi Ukraina Lanjut

CNN Indonesia
Selasa, 28 Feb 2023 18:07 WIB
Rusia menegaskan akan tetap melanjutkan invasinya ke Ukraina meski akan mengkaji gagasan damai yang diajukan China, sekutu dekatnya.
Rusia menegaskan akan tetap melanjutkan invasinya ke Ukraina meski akan mengkaji gagasan damai yang diajukan China, sekutu dekatnya. (AFP/ALEXEY DANICHEV)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rusia menegaskan bakal tetap melakukan invasi di Ukraina guna mencapai tujuan mereka, meski di saat yang sama berjanji mengkaji 12 poin gagasan damai yang disodorkan China Jumat (24/2) lalu.

Juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan Moskow memperhatikan dengan seksama gagasan perdamaian yang diajukan China yang diungkap tepat di hari satu tahun invasi di Ukraina pada 24 Februari lalu.

Dia berujar Rusia selalu menyambut baik dan mempertimbangkan setiap rencana bisa membantu menyelesaikan konflik dengan Ukraina melalui jalur damai. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, Peskov menegaskan Rusia tetap akan menjalankan "operasi militer khusus" karena merasa belum ada urgensi untuk mengakhiri invasi..

"Setiap upaya untuk menghasilkan rencana yang akan membawa konflik ke jalur perdamaian patut mendapat perhatian. Kami mempertimbangkan gagasan mitra kami, China, dengan perhatian besar," kata Peskov seperti dikutip TASS, Senin (27/2).

"Tapi, kami ulangi sekali lagi bahwa untuk saat ini kami tidak melihat prasyarat untuk menempatkan masalah ini di jalur perdamaian. Operasi militer khusus berlanjut. Kami bergerak menuju tujuan yang sudah ditetapkan," paparnya menambahkan.

Peskov mengatakan 12 poin gagasan China itu akan dianalisa lebih dulu oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk selanjutnya diputuskan.

"Rinciannya, gagasan itu harus menjadi subjek analisa dengan memperhitungkan kepentingan sejumlah pihak. Ini adalah proses yang sangat berat," ujar dia.

Pada Jumat (24/2), Kementerian Luar Negeri China menerbitkan 12 poin gagasan untuk menyelesaikan krisis di Ukraina.

Dokumen itu dirilis usai China terus menjadi sorotan karena disebut berencana membantu Rusia menginvasi Ukraina. Beijing pun membantah dan menegaskan posisinya melalui dokumen tersebut.

Dokumen itu sendiri mencakup seruan gencatan senjata, menghormati kepentingan sah semua negara di bidang keamanan, menyelesaikan krisis kemanusiaan di Ukraina, membebaskan tawanan perang baik di Moskow dan Kyiv, serta pembatalan sanksi unilateral sepihak yang dijatuhkan tanpa keputusan yang sesuai dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam dokumen itu, China menekankan dialog dan negosiasi merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik Rusia dan Ukraina.

Beijing juga meminta semua pihak mendukung Moskow dan Kyiv "bergerak ke arah satu sama lain" serta memulai kembali dialog langsung.

Tak cuma itu, Negeri Tirai Bambu juga meminta komunitas dunia menciptakan kondisi dan menyediakan platform untuk dimulainya kembali pembicaraan antara Rusia dan Ukraina.

Soal gagasan ini sendiri, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat mengatakan akan mempertimbangkan proposal tersebut. Namun, dia menegaskan pertimbangan itu dilakukan hanya jika Rusia menarik seluruh pasukannya lebih dulu.

Dalam kesempatan itu, Zelensky juga berujar dirinya berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping guna membahas gagasan itu.

"Saya berencana bertemu Presiden Xi Jinping karena ini sangat penting bagi kedua negara (Rusia-Ukraina) dan keamanan global. Sejauh yang saya tahu, China menghormati integritas sejarah. Mari bekerja dengan China untuk poin ini. Kenapa tidak?" kata Zelensky dalam jumpa pers di Kyiv pada Jumat (24/2) tepat setahun invasi Rusia.

"Tapi, berunding dalam sebuah perjanjian dengan orang sakit dan banyak membunuh (seperti Putin) saat ini mustahil," papar Zelensky lagi.

(blq/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER