Dubes Buka Suara soal Rusia Rekrut Tahanan: Kami Beri Kesempatan
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva buka suara terkait laporan yang menyebut Kementerian Pertahanan merekrut para tahanan membantu perang di Ukraina.
Narapidana yang terlibat dalam zona perang di Ukraina menjadi sorotan setelah tentara bayaran Wagner merekrut para tahanan.
Lihat Juga : |
"Mereka [pemerintah Rusia] memberikan kesempatan kepada orang-orang yang dipenjara untuk bertugas di Angkatan Bersenjata, untuk melindungi negara mereka sendiri, untuk melayani negara,"kata Vorobieva saat wawancara khusus dengan CNNIndonesia.com, Selasa (28/2).
Ia kemudian berujar, "Jika Anda ingin menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata, dan Anda berada di penjara, pemerintah akan bermurah hati kepada Anda dan memberi Anda kesempatan ini untuk melayani negara Anda."
Sejumlah tahanan Rusia yang turut bertempur di garis depan mengklaim mereka bekerja di bawah Kementerian Pertahanan Rusia.
Salah satu tahanan Rusia mengaku memang direkrut Kemenhan pada 2022 lalu. Dia dipenjara usai dituduh melakukan pembunuhan pada satu dekade sebelumnya.
"Saya tak ada keluhan. Perang adalah perang. Beberapa datang ke sini, mendengar senapan mesin dan melarikan diri," ujar tahanan itu, seperti dikutip CNN pada Februari lalu.
Pengakuan tersebut juga dikonfirmasi pejabat intelijen Ukraina Andriy Usov. Para tahanan yang ditangkap Ukraina menegaskan mereka dipekerjakan Kemenhan Rusia.
"Mereka menekankan kepada kami bahwa mereka bukan Wagner, bahwa mereka diundang secara resmi oleh Kementerian Pertahanan [Rusia]," ujar Usov.
Lebih lanjut, Usov menerangkan kondisi tersebut mengindikasikan keretakan di internal militer Rusia.
Ia juga menyebut Kemenhan Rusia saat ini memiliki lebih sedikit narapidana.
"[Tetapi mereka] digunakan dengan cara yang sama sebagai umpan meriam [seperti yang dilakukan Wagner]," kata Usov lagi.
CNN juga berbicara dengan tahanan Rusia di unit yang dikerahkan ke Soledar atau 08807. Mereka mengatakan dipekerjakan langsung oleh Kemenhan Rusia.
Beberapa memiliki dokumen yang menunjukkan mereka dikerahkan ke wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia, Luhansk.
(isa/bac)