Korban tewas penembakan yang dilakukan seorang bocah 14 tahun di sebuah sekolah dasar di Ibu Kota Beograd, Serbia, pada Rabu (3/5) bertambah menjadi sembilan orang.
Delapan dari sembilan korban tewas merupakan anak-anak. Sementara itu, satu korban tewas lainnya merupakan satpam sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Dalam Negeri Serbia melaporkan enam anak lainnya ikut terluka dalam insiden penembakan yang langka terjadi itu.
Insiden bermula ketika anak laki-laki berusia 14 tahun masuk ke gedung sekolahnya di SD Vladislav Ribnikar di Vracar dan melontarkan tembakan sekitar pukul 08.40 waktu lokal.
Pelaku penembakan langsung ditangkap kepolisian dan masih diperiksa.
"Seluruh petugas kepolisian telah dikerahkan ke lokasi kejadian, di mana mereka segera memasuki gedung sekolah dan menahan seorang anak kelas tujuh yang diduga melontarkan sejumlah tembakan dari pistol milik ayahnya ke arah anak-anak dan satpam sekolah," bunyi pernyataan Kemendagri Serbia seperti dikutip CNN.
Semula media lokal melaporkan pelaku merupakan siswa kelas tujuh dan berusia antara 12-13 tahun. Namun, belakangan pihak berwenang mengonfirmasi anak itu berusia 14 tahun.
Bocah tersebut dilaporkan mengambil senjata milik ayahnya dan membawanya sekolah. Pelaku juga disebut-sebut sengaja menargetkan sekolahnya, namun pihak berwenang belum mengonfirmasi motif jelas penembakan itu.
Sementara itu, Kemendagri Serbia menuturkan korban terluka telah dibawa ke rumah sakit. Sementara itu, polisi masih menyelidiki insiden dan motif penembakan.
Sejumlah saksi mata di dekat lokasi kejadian mendengar suara tembakan hingga teriakan anak-anak.
"Saya melihat sejumlah anak-anak berhamburan keluar dari gedung sekolah sambil teriak. Para orang tua yang datang panik. Lalu saya mendengar tiga suara tembakan," ucap seorang siswi SMA yang bersebelahan dengan SD Vladislav Ribnikar seperti dikutip Reuters.
Insiden penembakan terbilang langka terjadi di Serbia. Sebab, negara itu memiliki hukum kepemilikan senjata yang sangat ketat.
Meski begitu, negara Balkan barat itu memang menjadi sarang ratusan ribu senjata ilegal setelah perang dan kerusuhan terjadi era 1990-an.
(rds)