Kronologi WNI Disekap di Myanmar, Naik Kapal Dijaga Orang Bersenjata

Rosa melanjutkan kronologi, Novi dan Mayang berangkat dari Bandung pada 23 Oktober 2022.

"Sampai di Bekasi menginap dahulu di rumah agen ini satu malam. Di situlah diberi surat SPK, semacam surat pengantar kerja, ada nama CV-nya. Saya lupa CV apa. Sudah gitu juga dibilangin bahwa visanya itu pakainya Visa on Arrival. Kalau untuk kunjungan turis bebas visa kan Thailand. Jadi dibilangnya tak ada visa kerja. Nanti kalau sudah sampai di sana baru akan diurus visa kerjanya karena katanya supaya keberangkatannya lebih mudah dan lebih murah, menurut agen," kata Rosa.

Ia menilai saudaranya itu terlalu percaya janji-janji yang dikatakan agensi tersebut.

"Kemudian 24 Oktober 2022 mereka berangkat dari (Bandara) Soekarno-Hatta menuju Bangkok. Sampai di Bangkok mereka dijemput oleh orang dari perusahaan. Dari situ sebetulnya sudah ada hal-hal mencurigakan tapi mereka belum punya asumsi apa-apa. Jadi dijemputnya itu dengan mobil van, kacanya gelap, suasananya sudah berbeda," ungkap Rosa.

Lihat Juga : 34 WNI Korban Perusahaan Scam di Kamboja Diselamatkan

Pada tanggal itu Rosa mengatakan Novi masih bisa menghubunginya dari Bangkok. Novi juga sempat mengirim video perjalanannya dengan mobil van menuju kota Mae Sot, dekat perbatasan Myanmar.

"Di Mae Sot itu mereka menginap satu malam lalu besok paginya mereka dibawa menggunakan sampan untuk menyeberangi sungai. Di sini sudah sangat-sangat mencurigakan karena ya walaupun mereka tak tahu pada saat itu bahwa sungai itu sebetulnya sudah jadi perbatasan antara Thailand dan Myanmar," Rosa membeberkan.

"Jadi mereka dibawa melintasi perbatasan dengan cara seperti diselundupkan. Menyeberangnya ini udah dijaga oleh sipil bersenjata."

Identitas orang-orang tersebut apakah dari Thailand atau Myanmar sulit teridentifikasi karena menggunakan pakaian biasa, bukan seragam militer.

"Tapi kemungkinannya dari Myanmar daerah mereka itu daerah yang dikuasai oleh etnis Karen yang saat ini sedang jadi pemberontak untuk otoritas Myanmar. Tapi kami tak bisa pastikan apakah orang Thailand atau Myanmar karena kan tak pakai seragam tidak pakai apa apa. Seperti orang daerah aja," katanya lagi.

Sesampainya di Myanmar melalui sungai, Rosa mengungkapkan saudara dan WNI lainnya dipaksa tanda tangan kontrak bertuliskan Mandarin.

Jika menolak, Rosa mengatakan para WNI tersebut harus membayar denda dengan jumlah yang menurutnya tidak masuk akal yaitu US$20 ribu.

ternyata Novi malah dipekerjakan untuk melakukan penipuan secara daring atau online scamming dengan target warga Amerika Serikat dan Eropa. Mereka kerap disiksa jika tak bisa mencapai target penipuan.

Karena tak mau menipu dan tak menghasilkan uang untuk perusahaan, Novi pun menjadi target penyiksaan. Lambat laun, ia bahkan tak mendapatkan gaji. Akibat terus membangkang, Novi diancam dijual ke perusahaan lain.

"Maka Novi dan teman-temannya ini melakukan perlawanan dengan cara mogok kerja. Mulailah penyekapan itu sejak mereka mogok kerja ini," katanya.