Stewart Rhodes, pendiri dan pemimpin Oath Keepers, dijatuhi hukuman 18 tahun penjara pada Kamis (25/5) karena memimpin rencana besar untuk mempertahankan kekuasaan Presiden AS Donald Trump setelah kalah dalam pemilu 2020.
Sementara itu, Kelly Meggs pemimpin kedua Oath Keepers dijatuhi hukuman 12 tahun penjara.
Dalam pertimbangan vonisnya, Hakim Distrik AS Amit Mehta menyatakan bahwa tindakan Rhodes yang membabi buta mempertahankan kekuasaan Trump sebagai aksi terorisme domestik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertimbangan lain kata Mehta, Rhodes tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya. Bahkan, Rhodes malah bertekad terus menebar ancaman.
"Apa yang benar-benar tidak dapat kami benarkan adalah ada sekelompok warga yang karena mereka tidak menyukai hasil pemilu, kemudian tidak percaya hukum harus dipatuhi sebagaimana mestinya lalu mereka berupaya memicu revolusi," katanya seperti dikutip dari CNN.com, Jumat (26/5).
"Saya berani mengatakan Tuan Rhodes dan saya tidak pernah mengatakan ini kepada siapa pun yang telah saya hukum, "Anda menimbulkan ancaman dan bahaya yang berkelanjutan bagi demokrasi kita dan tatanan negara ini"," tambahnya.
Sementara itu, petugas Polisi Capitol AS Harry Dunn yang ikut bersaksi dalam kasus tersebut berharap hukuman tidak hanya diberikan kepada Meggs dan Rhodes. Ia berharap, hukuman juga diberikan kepada Trump.
Permohonan hukuman ia sampaikan awal pekan ini saat bersaksi di pengadilan soal kerusuhan yang terjadi di Capitol Hill dan menewaskan 6 orang pada 6 Januari 2021 lalu.
"Ini adalah langkah menuju akuntabilitas penuh. Pengacaranya mereka juga sudah berpendapat bahwa Donald Trump adalah akar masalahnya, dan saya sangat setuju. Mari kita tangkap dia selanjutnya.
Sementara itu Analis Keamanan Nasional CNN Juliette Kayyem mengatakan hukuman terhadap Rhobes dan Meggs itu harus memiliki pada kelompok yang ingin membuat onar dan menentang hasil pemilihan presiden secara melanggar hukum," katanya.
"Hukuman keras ini akan membuat Oath Keepers, Proud Boys, semua organisasi ini, akan membuat mereka lebih sulit untuk merekrut dan, sama pentingnya, bagi mereka untuk mengumpulkan uang," kata Kayyem.
(cnn.com/agt)