Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pertama kalinya buka suara mengenai pemberontakan tentara Wagner Group pekan lalu. Ia kini muncul dan mengklaim memberikan perintah supaya menghindari pertumpahan darah selama pemberontakan bersenjata itu.
"Sejak awal peristiwa, atas perintah saya, langkah-langkah diambil untuk menghindari pertumpahan darah besar-besaran," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin (26/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Putin turut menuding Barat dan Ukraina menginginkan warga Rusia saling bunuh. Namun, hal itu pada akhirnya tak terjadi. Sehingga, ia berterima kasih kepada warga Rusia yang telah bertahan.
"Justru pembunuhan saudara yang diinginkan musuh Rusia: baik neo-Nazi di Kyiv dan pelindung Barat mereka, dan segala macam pengkhianat nasional. Mereka ingin tentara Rusia saling membunuh," katanya.
"Terima kasih kepada warga Rusia atas daya tahan, persatuan, dan patriotismenya."
Hal itu disampaikan tak lama setelah pimpinan Wagner Group Yevgeny Prigozhin juga buka suara untuk pertama kalinya usai menghentikan aksi mereka saat hampir tiba di ibu kota Rusia pada akhir pekan lalu.
Yevgeny Prigozhin menyatakan membatalkan "kampanye" demi mencegah pertumpahan darah. Menurutnya, aksi dilakukan untuk menyoroti ketidakadilan, bukan untuk melengserkan pemerintahan di Rusia.
"Kami pergi sebagai pedemo untuk protes, bukan untuk menggulingkan pemerintah negara," kata Prigozhin dalam pesan audio berdurasi 11 menit yang dirilis di aplikasi pesan Telegram.
"Pawai kami menunjukkan banyak hal yang kami diskusikan sebelumnya: masalah serius keamanan di negara ini," katanya seperti diberitakan Reuters, Senin (26/6).
Meski telah bersuara, Prigozhin belum membeberkan keberadaannya saat ini. Pernyataan itu muncul setelah dia terakhir terlihat pada Sabtu malam tersenyum di belakang SUV saat dia mundur dari kota yang diduduki anak buahnya.
Prigozhin sebelumnya mengejutkan dunia dengan memimpin pemberontakan bersenjata di Rusia. Pada Sabtu (24/6) siang, Prigozhin mengerahkan pasukan Wagner untuk menduduki markas militer Rusia di Rostov.
Namun, ia tiba-tiba membatalkannya saat para pejuangnya telah mendekati ibu kota usai menempuh jarak hampir 1.000 km (600 mil).
Beberapa media setelah itu melaporkan Prigozhin telah meninggalkan Rostov pada Sabtu (25/6) malam dengan sorakan serta dukungan dari warga lokal.