Bos Wagner Group Dikonfirmasi di Belarus Usai 'Berontak' ke Rusia

CNN Indonesia
Selasa, 27 Jun 2023 22:50 WIB
Pemimpin Belarus Alexander Lukashenko konfirmasi pimpinan Wagner Group Yevgeny Prigozhin akan ada di Belarus usai pemberontakan di Rusia. (Handout / TELEGRAM/ @concordgroup_official / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin Belarus Alexander Lukashenko mengonfirmasi pimpinan Wagner Group Yevgeny Prigozhin akan berada di Belarus pada Selasa (27/6) sebagai bentuk kesepakatan usai mengakhiri pemberontakan di Rusia pada akhir pekan lalu.

Kendati demikian, Lukashenko tidak mendetailkan Prigozhin sudah berada di Belarus atau masih dalam penerbangan ke sana.

"Saya lihat Prigozhin sudah terbang di pesawat," kata Lukashenko dalam pertemuan dengan pejabat Belarusia, menurut media pemerintah.

"Ya, memang hari ini (27/6) dia ada di Belarus," tuturnya.

Semua bermula ketika Wagner berencana menyerbu Moskow pada Sabtu (25/6). Pada hari yang sama, mereka sesungguhnya sudah tiba di Rostov, sekitar 200 kilometer dari ibu kota Rusia, dan menyatakan telah menguasai pangkalan militer di Rostov.



Tak lama setelah itu, Presiden Rusia Vladimir Putin merespons tindakan sekutu dekatnya dalam sebuah pidato di televisi. Putin mengatakan aksi Prigozhin sebagai pengkhianatan dan ancaman keamanan apapun dari siapa pun harus dikenai hukum.

Ia juga menghubungi pemimpin negara lain dari Belarus hingga Turki. Selanjutnya, Presiden Belarus Alexander Lukashenko menjadi mediator antara Prigozhin dan Rusia.

Lukashenko menawarkan ke Prigozhin agar pasukannya tak menyerang wilayah Rusia, dan menghindari pertumpahan darah. Bos Wagner lalu sepakat dan dilaporkan pergi ke Belarus. Prigozhin juga disebut bebas dari ancaman hukuman bui.

Padahal, awalnya dia terancam dibui hingga 20 tahun karena mengancam keamanan Rusia dengan melakukan pemberontakan.

Pada saat yang sama pula pasukan Prigozhin menghentikan 'pemberontakan' saat sudah dekat Moskow. Prigozhin menyatakan membatalkan "kampanye" demi mencegah pertumpahan darah. Menurutnya, aksi dilakukan untuk menyoroti ketidakadilan, bukan untuk melengserkan pemerintahan di Rusia.

"Kami pergi sebagai pedemo untuk protes, bukan untuk menggulingkan pemerintah negara," kata Prigozhin dalam pesan audio berdurasi 11 menit yang dirilis di aplikasi pesan Telegram.

"Pawai kami menunjukkan banyak hal yang kami diskusikan sebelumnya: masalah serius keamanan di negara ini," katanya seperti diberitakan Reuters, Senin (26/6).



(afp/chri)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK