Bos Wagner Group Dikabarkan Sempat Ingin Tangkap Jenderal Rusia

CNN Indonesia
Kamis, 29 Jun 2023 01:20 WIB
Bos Wagner Group Yevgeny Prigozhin dikabarkan menargetkan para kepala militer Rusia saat melakukan pemberontakan akhir pekan lalu. (AFP/Sergei Ilnitsky)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pimpinan tentara Wagner Group Yevgeny Prigozhin disebut sempat menargetkan para kepala militer Rusia saat melakukan pemberontakan akhir pekan lalu. Namun, rencana itu batal dilakukan karena ketahuan militer Rusia.

Wall Street Journal, seperti diberitakan ulang AFP, memberitakan bahwa Prigozhin berusaha menangkap Menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Kepala Staf Jenderal Valery Gerasimov.

Berdasarkan informasi pejabat Barat, rencana itu awalnya bakal dilakukan ketika Shoigu dan Gerasimov melakukan kunjungan ke kawasan selatan.

Namun, rencana tersebut diketahui petinggi Rusia sehingga Shoigu dan Gerasimov mengubah perjalanan mereka dan memaksa Prigozhin untuk bergerak lebih awal, yakni menguasai markas Distrik Militer Selatan Rusia di Rostov-on-Don pada Jumat (24/6).

Para pejabat AS mengklaim sudah mengetahui lebih awal rencana pemberontakan yang direncanakan Prigozhin, yakni mengirim pasukan tentara yang dikelola pribadi ke Moskow sebelum menyerah karena Presiden Vladimir Putin mencap kelompok itu sebagai "pengkhianat."



Selain Wall Street Journal, media AS lain yakni New York Times juga melaporkan Jenderal senior Rusia Sergei Surovikin mengetahui lebih dulu rencana pemberontakan Prigozhin.

Sementara itu, Komandan Garda Nasional Rusia Viktor Zolotov pada Selasa (27/6) mengatakan ada kebocoran dari Wagner tentang pemberontakan tersebut. Mereka menduga agen Barat di belakang kebocoran itu, menurut media pemerintah Rusia.

Pemerintah Rusia pun kini berencana mengambil alih peralatan militer berat milik Wagner Group, usai kelompok tentara bayaran itu melakukan upaya pemberontakan akhir pekan lalu.

Upaya kudeta yang dilakukan Yevgeny Prigozhin memicu krisis keamanan paling serius di Rusia dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini juga membuat Presiden Vladimir Putin disebut berada dalam posisi kepemimpinan yang "lemah."

"Persiapan sedang dilakukan untuk memindahkan peralatan militer berat dari perusahaan militer swasta Wagner, ke unit angkatan bersenjata Rusia," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, dikutip Al Jazeera.

Usai pemberontakan ini, Prigozhin akhirnya dipindahkan ke negara tetangga Belarus, sementara pasukan Wagner yang ikut memberontak diberikan opsi bergabung dengan Kemhan Rusia.



(afp/chri)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK