Presiden Prancis Emmanuel Macron menggelar rapat darurat setelah kerusuhan pecah akibat polisi menembak mati remaja berusia 17 tahun.
Dalam rapat tersebut, ia membahas kerusuhan yang berbuntut aksi pembakaran kendaraan. Macron menilai aksi-aksi tersebut tak bisa dibenarkan.
"Beberapa jam terakhir telah diwarnai oleh serangkaian tindak kekerasan terhadap pos polisi, juga sekolah dan balai kota ... terhadap lembaga-lembaga dan republik ini," kata Macron, dilansir AFP, Kamis (29/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Macron menambahkan, "(Serangan-serangan) ini sungguh tidak bisa dibenarkan."
Kerusuhan pecah di Prancis sejak Rabu (28/6) malam. Massa mengamuk akibat tindakan polisi membunuh remaja asal Afrika Utara bernama Nahel.
Polisi menembak mati remaja berusia 17 pada Selasa (27/6). Penembakan dilakukan setelah Nahel melakukan pelanggaran lalu lintas.
Laporan media setempat menyebut massa menyalakan kembang api hingga membakar kendaraan di jalanan Nanterre.
Pengunjuk rasa di Amiens, Dijon, dan Essonne membakar bus. Adapun pengunjuk rasa di Lille dan di Toulouse bentrok dengan polisi.
Kepolisian Prancis menerjunkan sekitar 2.000 orang personel di sekitar Paris. Mereka telah menangkap sekitar 150 orang yang diduga terlibat kerusuhan.
(dhf/tsa)