Menteri Luar Negeri Kedua Singapura Mohamad Maliki Osman mengatakan pemerintah dan Indonesia bekerja sama mengatasi kabut asap lintas batas di negara itu.
"Soal kabut lintas batas, ya, kami terus menjalin hubungan kerja dengan Indonesia," kata dia kepada wartawan Indonesia di Gedung Kementerian Luar Negeri Singapura pada 5 Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maliki mengatakan sejak 2015, Singapura menawarkan Paket Bantuan Asap (Haze Assistance Package) ke Indonesia.
Pada 2015, Singapura terdampak kabut asap imbas kebakaran hutan di sejumlah wilayah Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
Menteri Luar Negeri Singapura saat itu, K Shanmugam, bahkan sempat menyampaikan kekhawatiran dia kepada Indonesia terkait kabut asap. Ia mengatakan fenomena itu berdampak terhadap kesehatan dan ekonomi negara.
Terkait Paket Bantuan Asap, Maliki merinci bantuan ini mencakup pengelolaan kabut asap hingga pencegahan.
"Saya pikir itu adalah sesuatu yang harus terus kita kerjakan bersama. Dan tawaran paket kabut komprehensif terus ada," imbuh Maliki.
Lebih lanjut, ia menerangkan Kementerian Keberlanjutan dan Lingkungan Hidup Singapura terus melibatkan mitra mereka di Indonesia dalam mengelola kabut asap.
Pada 2019, Singapura juga terdampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta peningkatan titik api di Sumatera dan Kalimantan.
Hampir setiap tahun, kabut asap karhutla di kedua pulau Indonesia itu turut menyelimuti sebagian wilayah Singapura hingga Malaysia.
Mei lalu, pemerintah Singapura mengeluarkan imbauan dan meminta Satuan Tugas Kabut Asap memantau serta menyiapkan respons terkait kabut itu. Pemerintah memperingatkan peristiwa itu bisa terjadi di 2023.
"Sebagai tindakan pencegahan, warga Singapura mungkin bersiap-siap untuk melindungi orang-orang tersayang, seperti memastikan Anda punya persediaan masker wajah N95 yang cukup," tulis Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu di Facebook yang dikutip Channel News Asia.
Terkait kabut asap di Singapura, Badan Nasional Lingkungan (National Environment Agency/NEA) menyatakan fenomena itu disebabkan kebakaran hutan regional. Kebakaran ini terjadi saat pembakaran terbuka digunakan untuk membersihkan lahan demi keperluan pertanian.
Namun, mereka tak menyebut secara rinci dari mana asal kabut asap tersebut.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Inggris Kesal Ukraina Minta Senjata hingga Pita Gagal Jadi PM Thailand |
Pada Juni lalu, sekitar 42 hektare hutan dan lahan di Kalimantan Selatan terbakar. Kabut asap pun menyelimuti sejumlah wilayah di daerah ini.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan Bambang Dedi Mulyadi mengatakan kebakaran itu masih kategori biasa, sebab api bisa diatasi.
(isa/bac)