Putin: Wagner Tidak Pernah Ada, Tak Ada Dasar Hukum Tentara Bayaran
Presiden Vladimir Putin menegaskan kelompok Wagner Group tidak pernah ada karena Rusia tak memiliki hukum yang mendasari keberadaan tentara bayaran.
Putin melontarkan pernyataan ini saat bertemu dengan 35 pejabat militer, termasuk bos Wagner, Yevgeny Prigozhin. Pertemuan itu digelar tak lama setelah upaya pemberontakan Wagner yang gagal.
"[Perusahaan Tentara Bayaran] PMC Wagner tak eksis. Kami tak punya hukum untuk organisasi militer swasta. Itu sama sekali tak ada," kata Putin saat wawancara dengan Kommersant.
Dalam tanya-jawab itu, Putin berulang kali menegaskan, "Tak ada badan hukum semacam itu."
Menurut CNN, pernyataan Putin tak salah. Dalam KUHP Rusia pasal 359, negara itu melarang aktivitas tentara bayaran.
"Merekrut, melatih, membantu pendanaan atau materi lain ke tentara bayaran, serta partisipasi mereka di konflik bersenjata atau operasi militer [bisa dikenai hukuman pidana berat]," demikian bunyi pasal itu.
Namun, Putin mengatakan parlemen Rusia harus mempertimbangkan undang-undang legalisasi tentara bayaran.
Menyoal legalisasi tentara bayaran, publik bertanya-tanya lantaran di awal invasi, Rusia membantah eksistensi Wagner.
Pertanyaan-pertanyaan itu meliputi jika Wagner selama ini ilegal, siapa yang mengizinkan mereka. Muncul pula pertanyaan soal siapa yang melatih dan mempersenjatai mereka.
Yang paling utama, publik mempertanyakan pihak yang menandatangani anggaran Wagner jika keberadaan tentara bayaran tak diakui.
Pada tiga hari usai pemberontakan, yakni pada 27 Juni, Putin sendiri berkata, "Pemeliharaan seluruh kelompok Wagner sepenuhnya disediakan negara."
Rusia memang mengalokasikan lebih dari 86 miliar rubel atau sekitar Rp14,2 triliun untuk pemeliharaan Wagner dari Mei 2022-Mei 2023.
Wagner menjadi perbincangan setelah mereka disebut-sebut menjadi kelompok yang berperan besar dalam pertempuran di Ukraina. Mereka bahkan mengklaim menang pertempuran di Soledar dan Bakhmut.
Namun hingga kini, tak jelas bagaimana posisi Wagner dan apa yang akan dilakukan terhadap mereka setelah upaya pemberontakan.
Sejumlah pihak meyakini Putin masih mencari cara untuk menjalin kesepakatan dengan komandan tentara bayaran itu.
Dalam wawancara dengan Kommersant, Putin mengatakan dia melihat keretakan antara bos Wagner, Yevgeny Prigozhin, dan komandan tinggi lain selama pertemuan di Kremlin.
Putin mengatakan dia memberi pilihan kepada Wagner untuk tetap bertempur di bawah komandan baru yang disebut "Sedoy" atau Si Rambut Abu-Abu.
Berdasarkan dokumen sanksi yang dirilis Uni Eropa (UE), Sedoy adalah Andrei Troshev. Ia merupakan pensiunan kolonel Rusia, anggota pendiri sekaligus direktur eksekutif Wagner Group.
Ia mendapat sanksi dari komunitas internasional karena keterlibatannya dalam perang saudara di Suriah.
Pentolan Wagner ini sebelumnya menjabat sebagai kepala staf Wagner untuk operasi di Suriah mulai Desember 2021.
"Tak ada yang berubah bagi mereka. Mereka akan dipimpin orang yang sama yang menjadi komandan sesungguhnya selama ini," ujar Putin
"Dan apa yang terjadi kemudian?" kata reporter Kommersant.
"Banyak orang mengangguk saat saya mengatakan seperti itu," ujar Putin.
Namun, Prigozhin disebut tak sepakat dengan usulan orang nomor satu di Rusia tersebut.
(isa/has)