Studi dari World Weather Attribution (WWA) mengungkapkan terkait fenomena gelombang panas atau heat wave di China.
WWA melaporkan dalam sebuah laporan penelitiannya bahwa gelombang panas di Negeri Tirai Bambu akan sering terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perubahan iklim membuat heat wave setidaknya 50 kali lebih mungkin terjadi di China," ungkap laporan tersebut dalam rilis resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (25/7).
Di China, gelombang panas maksimum ini akan menjadi peristiwa sekali dalam 250 tahun.
WWA juga melaporkan kawasan di Amerika Utara dan Eropa akan sering mengalami gelombang panas selama beberapa tahun terakhir imbas pemanasan global.
Gelombang panas itu, lanjutnya, akan terjadi sekitar 15 tahun sekali di Amerika Utara, 10 tahun di Eropa Selatan, dan lima tahun sekali di China.
Belakangan, China mengalami suhu panas ekstrem hingga lebih dari 50 derajat celsius. Rekor suhu terpanas di Negeri Tirai Bambu terjadi di Kota Sanbao dengan 52,2 derajat celsius pada 16 Juli.
Suhu tinggi itu membuat penggunaan listrik di China meroket tajam dan merusak tumbuh-tumbuhan. Sejumlah ahli juga cemas kekeringan bakal kembali melanda seperti tahun lalu, imbas gelombang panas.
Heat wave merupakan salah satu bahaya alam paling mematikan. Imbas fenomena ini, ribuan orang dilaporkan meninggal setiap tahunnya.
Namun, dampak penuh dari gelombang panas jarang diketahui hingga data berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah sertifikat kematian dikumpulkan, atau ilmuwan yang menganalisis kematian berlebih.
Banyak tempat tak punya pencatatan kematian terkait panas, sehingga angka kematian dipandang sebelah mata.
(isa/bac)