Pemimpin junta militer Niger bersedia membuka peluang negosiasi dengan negara-negara blok Afrika Barat atau ECOWAS (Economic Community of West African States) terkait nasib presiden terdongkel Mohamed Bazoum.
Kabar lainnya Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengirim bantuan amunisi, pertahanan udara, dan alat penyapu ranjau ke Ukraina senilai US$200 juta atau setara Rp3 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut berita 24 jam terakhir yang terangkum dalam Kilas Internasional pagi ini:
Pemimpin junta Niger siap mempertimbangkan solusi diplomatik untuk membuka pembicaraan dengan negara-negara blok Afrika Barat atau ECOWAS (Economic Community of West African States).
Pernyataan ini disampaikan pemimpin kudeta Niger Jenderal Abdourahaman Tiani, usai melakukan pertemuan dengan delegasi mediator dari unsur agama, Sheikh Bala Lau.
"Tiani mengklaim kudeta itu punya maksud baik, termasuk untuk menghilangkan ancaman yang akan segera terjadi, yang akan berpengaruh pada Nigeria dan Niger," kata Sheikh Bala Lau usai bertemu Tiani, seperti dikutip AFP.
Pintu diplomasi junta dibuka usai blok ECOWAS mengeluarkan ultimatum penggunaan kekerasan kepada junta Niger, yang telah menggulingkan pemimpin terpilih Mohamed Bazoum pada kudeta 26 Juli lalu.
Parlemen Rusia (State Duma) mengesahkan rancangan undang-undang penerapan ekonomi syariah di empat wilayah yang mayoritas berpenduduk Muslim mulai September mendatang.
RUU itu disahkan State Duma pada pertengahan Juli lalu ketika Rusia terus diisolasi Barat dari pasar internasional imbas invasinya ke Ukraina. RUU ini bakal mulai diterapkan mulai 1 September mendatang. Keempat wilayah yang menjadi proyek percobaan adalah Dagestan, Chechnya, Bashkortostan, dan Tatarstan.
Dikutip kantor berita Rusia, TASS, eksperimen ini akan berlangsung dua tahun hingga 1 September 2025 dan mungkin diperpanjang dengan pengawasan dari bank sentral Rusia.
Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengirimkan bantuan amunisi, pertahanan udara, dan alat pembersih anti-ranjau ke Ukraina senilai 200 juta Dolar AS atau sekitar Rp30,5 miliar.
Jumlah bantuan itu dikirimkan AS setelah mereka sempat melakukan kesalahan dalam menghitung total dana yang digelontorkan untuk membantu Ukraina dalam konflik dengan Rusia.
Dikutip dari AFP, pada Juni lalu, Pentagon menyebut nilai senjata yang dikirim ke Ukraina sebesar 6,2 miliar Dolar AS. Namun, ternyata jumlah itu keliru karena ada kesalahan perhitungan untuk harga sejumlah senjata.
(tim/bac)