Langkah Singapura-Malaysia Atasi Kabut Asap Karhutla dari RI

CNN Indonesia
Kamis, 05 Okt 2023 12:34 WIB
Ilustrasi. Singapura saat dilanda kabut asap dari RI pada 2019. (ROSLAN RAHMAN / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gelombang panas yang melanda berbagai belahan dunia tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat.

Jepang mencatat rekor suhu tertinggi selama 125 tahun terakhir dengan kenaikan suhu rata-rata 2,66 derajat celsius dibandingkan bulan September pada umumnya. Bahkan, beberapa negara di dunia, seperti California, Arizona China, Italia, India, dan Thailand pernah terpapar panas matahari sampai lebih dari 40 derajat celsius.

Gelombang panas akibat badai El-Nino dan perubahan iklim ini juga menyerang Indonesia yang mengakibatkan sejumlah hutan terbakar, terutama Kalimantan dan Sumatra. Asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan Kalimantan dan Sumatra menyebar ke Singapura dan Malaysia sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Singapura dan Malaysia melaporkan kualitas udara negaranya yang berpolusi tinggi dan menyalahkan kebakaran hutan di Indonesia. Dikutip The Strait Times, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, mengatakan bahwa pemerintah belum mendeteksi kabut asap yang berpindah ke negara tetangga.

Berdasarkan data terakhir pada 2 Oktober 2023, terdapat 6.659 titik panas dan 80 persen diantaranya berpotensi menjadi titik api.

"Areal yang terbakar sudah terekam 267 ribu hektare dan perkiraan saya dengan situasi bulan September kemarin dan Oktober, kelihatannya masih akan bertambah," ujar Siti, dilansir dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

Kondisi ini tentu menimbulkan reaksi dari Singapura dan Malaysia untuk membentuk kebijakan terkait polusi udara yang disebabkan kebakaran hutan di Indonesia.

Lanjut baca di halaman berikutnya...

Kebijakan Singapura dan Malaysia Atasi Kabut Asap dari RI


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :