Armita Remaja Iran yang Koma Usai Diadang Polisi Moral Kini Meninggal

CNN Indonesia
Sabtu, 28 Okt 2023 15:30 WIB
Ilustrasi meninggal dunia. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Armita Geravand (16), seorang remaja putri yang sempat koma setelah diadang polisi moral Iran, kini telah meninggal dunia.

Mengutip dari Reuters, kantor berita Iran, IRNA memberitakan gadis itu koma setelah mendapatkan kekerasan polisi moral yang mengadangnya karena melanggar aturan hijab.

"Dia koma beberapa waktu lalu setelah menderita karena kerusakan otak. Dia telah meninggal beberapa menit yang lalu," demikian diberitakan, Sabtu (28/10).

Sebelumnya, Geravand divonis mengalami 'kematian otak' pada pekan lalu setelah koma sejak 1 Oktober lalu.

Sebelumnya, Armita mengalami bentrok dengan polisi moral di kereta metro Ibu Kota Teheran.

Bentrokan gadis 16 tahun dan polisi moral diduga terjadi karena perempuan itu memakai baju ketat yang dinilai tak sesuai dengan syariat Islam. Remaja perempuan itu dirawat di Rumah Sakit Fajr, Teheran, dengan mendapatkan pengawalan ketat aparat.

Sebelumnya, otoritas Iran Iran membantah tuduhan bahwa Armita terluka parah akibat bentrok dengan polisi moral perempuan di kereta saat aparat hendak menangkapnya karena menggunakan pakaian ketat.

Iran mengklaim bahwa Armita pingsan karena tekanan darah rendah.

Amnesti Internasional menuntut penyelidikan lebih lanjut terkait peristiwa yang menimpa Armita. Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) itu menduga ada indikasi pemerintah Iran mencoba menutup-nutupi kasus ini.

Bukti rekaman video yang diberikan oleh pemerintah Iran juga diduga telah diedit sehingga dipertanyakan keasliannya.

Sejumlah anggota keluarga dan temannya Armita sempat diwawancarai media pemerintah soal ini, namun belum bisa diverifikasi. Kelompok HAM menduga mereka mungkin mendapat ancaman atau tekanan dari aparat untuk buka suara sesuai versi pemerintah.

Ini bukan kali pertama petugas keamanan Iran melakukan kekerasan kepada perempuan. Iran dilanda kerusuhan pada September 2022 atas kematian perempuan etnis Kurdi 22 Tahun bernama Mahsa Amini.

Amini meninggal dunia saat dalam penahanan polisi moral yang menangkapnya karena disebut tidak mengenakan hijab sesuai aturan. Sama seperti kasus Armita, aparat berwenang Iran saat itu mengklaim Amini tewas lantaran menderita sakit saat dalam penahanan.

Kala itu, kematian Amini pun memicu gejolak hingga demonstrasi besar-besaran di Iran yang meluas hingga ke sejumlah negara Barat.

Di dalam negeri, demonstrasi masyarakat ini ditindak secara brutal oleh pemerintah. Sebanyak 18 ribu orang dilaporkan ditangkap karena demo. Sementara itu, 500 orang juga dilaporkan tewas selama protes besar-besaran berlangsung.

Pasukan keamanan Iran dilaporkan menggerebek universitas dan sekolah untuk mencari siswa yang melakukan aksi protes.

(reuters/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK