Slogan "From the River to the Sea" terus bergaung dalam gerakan solidaritas pro-Palestina yang kian meluas, terutama di negara Eropa hingga Amerika.
Demonstrasi pro-Palestina terus meluas menyusul gempuran Israel yang kian membabi buta ke Jalur Gaza imbas perangnya dengan Hamas.
Para demonstran membawa bendera Palestina untuk menunjukkan dukungan bagi rakyat wilayah yang terisolir tersebut. Namun, tak jarang ada pula atribut lain seperti tulisan-tulisan maupun gambar yang diasosiasikan dengan Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari salah satu tulisan itu, ada yang paling menonjol yakni tulisan "From the River to the Sea, Palestine will be free".
Partai Buruh Inggris sampai-sampai menskors anggota parlemen dari partainya, Andy McDonald, karena menggunakan frasa "From the River to the Sea" dalam pidatonya dalam demonstrasi pro-Palestina di London baru-baru ini.
Bagi warga maupun pendukung Palestina, atribut semacam itu mengungkapkan keinginan untuk bebas dari segala penindasan di seluruh tanah Palestina. Namun bagi Israel dan pendukungnya, frasa itu mencerminkan sikap pro-Hamas, milisi yang dicap teroris oleh Barat.
Israel dan negara-negara Barat menilai frasa tersebut adalah seruan terselubung untuk melakukan kekerasan anti-Semit. Slogan itu pun dilarang digaungkan mulai dari di Inggris, Austria, hingga Jerman.
Lantas, apa makna From the River to the Sea?
Pada 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibentuk oleh diaspora Palestina di bawah kepemimpinan Yasser Arafat. Saat itu, PLO menyerukan pembentukan satu negara yang membentang dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania, yang mencakup wilayah bersejarah Palestina.
Pembentukan wilayah ini menyusul pembentukan negara Israel pada 1948 silam. Setahun sebelumnya, PBB merencanakan pembagian wilayah itu menjadi negara Yahudi dan negara Palestina.
Namun pada 1948, terjadi pengusiran dan pembantaian etnis terhadap lebih dari 750 ribu warga Palestina dalam insiden "Nakba" atau yang artinya "bencana".
Dilansir dari Al Jazeera, pengamat Palestina dan Israel menilai slogan "From the River to the Sea, Palestine will be free" mengandung makna yang berbeda, terutama pada istilah "bebas".
Dosen hukum di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London, Nimer Sultany, mengatakan kata sifat itu mengungkapkan "perlunya kesetaraan bagi semua penduduk Palestina yang bersejarah."
"Mereka yang mendukung apartheid dan supremasi Yahudi akan menganggap nyanyian egaliter itu tidak pantas," kata Sultany kepada Al Jazeera.
Kebebasan di sini mengacu pada fakta bahwa orang-orang Palestina telah ditolak realisasi haknya untuk menentukan nasib mereka sendiri, terutama sejak Inggris memberikan orang-orang Yahudi hak untuk mendirikan tanah air di Palestina melalui Deklarasi Balfour 1917.
"Ini terus menjadi inti masalah: penolakan terus-menerus terhadap warga Palestina untuk hidup dalam kesetaraan, kebebasan, dan martabat seperti orang lain," tutur Sultany.
Dia juga menilai frasa itu tidak bisa ditafsirkan sebagai anti-Semit. Hal ini terbukti dalam demonstrasi puluhan ribu orang pro-Palestina di London yang diikuti beberapa kelompok Yahudi. Mereka bersama-sama menggaungkan slogan tersebut di bawah guyuran hujan.
"Penting untuk diingat slogan ini dalam bahasa Inggris dan tidak berima dalam bahasa Arab. Ini digunakan dalam demonstrasi di negara-negara Barat," ucapnya.
"Kontroversi ini dibuat untuk mencegah solidaritas di Barat dengan orang-orang Palestina."
Pengamat pro-Israel, sementara itu, berpendapat bahwa slogan tersebut punya efek yang mengerikan.
Yehudah Mirsky, seorang rabi yang berbasis di Yerusalem sekaligus profesor Studi Timur Dekat dan Yahudi di Universitas Brandeis, mengatakan bahwa Israel melihat slogan ini mengaburkan status orang Yahudi lantaran tidak disebutkan dalam "satu entitas" yang dimaksud frasa itu.
"Bagi orang Yahudi Israel, apa yang dikatakan frasa ini adalah bahwa antara Sungai Yordan dan Mediterania, akan ada satu entitas, itu akan disebut Palestina, tidak akan ada negara Yahudi. Dan status orang Yahudi dalam entitas apa pun yang muncul akan sangat tidak jelas," kata Mirsky.
Dia menyebut frasa itu lebih terdengar seperti ancaman daripada perjuangan untuk pembebasan.
"Itu tidak menandakan masa depan di mana orang Yahudi bisa memiliki kehidupan penuh dan menjadi diri mereka sendiri," ucapnya, sambil menambahkan bahwa slogan itu mempersulit sayap kiri Israel mengadvokasi dialog.
Mirsky pun berpendapat mereka yang meneriakkan slogan itu merupakan pendukung Hamas. Ini berbeda dengan Sultany yang menegaskan bahwa pengunjuk rasa pro-Palestina tidak boleh disamakan dengan pendukung kelompok bersenjata tersebut.
Partai Likud Israel selama ini menjadi promotor setia konsep "Eretz Israel" atau hak yang diberikan Alkitab bagi orang-orang Yahudi atas tanah Israel.
Menurut Perpustakan Virtual Yahudi, partai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ini menyatakan bahwa "antara Laut dan Yordania hanya akan ada kedaulatan Israel."
Partai ini juga berpendapat bahwa pembentukan negara Palestina "membahayakan keamanan penduduk Yahudi dan keberadaan negara Israel."
Duta Besar Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely, menjadi salah satu promotor pengakuan internasional atas klaim bersejarah Yahudi soal tanah dari sungai ke laut.
Lebih dari itu, perluasan permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur oleh pemerintah Israel merupakan upaya yang disebut-sebut dilakukan Negeri Zionis untuk mengendalikan wilayah dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania, demi mencegat Palestina menjadi sebuah negara merdeka.
Mirsky mengatakan saat ini tokoh-tokoh masyarakat Israel menggunakan konsep alkitabiah untuk mengklaim otoritas politik atas semua wilayah yang disengketakan. Masalah ini, kata dia, sedang "diperdebatkan dengan hangat" di dalam negeri.
Dia pun menilai ketimbang fokus pada apa yang menabur perpecahan, upaya yang seharusnya dilakukan yakni menemukan solusi.
"Mari kita duduk dan bisakah kita menemukan ide-ide yang secara praktis akan membuat hidup lebih baik bagi orang Yahudi dan Arab?" katanya.
"Meskipun terdengar aneh, saya pikir pada akhir perang ini, akan ada kesempatan baru untuk bicara tentang menciptakan masa depan yang lebih baik."
(blq/rds)