Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut Israel memberikan "jeda singkat" di Jalur Gaza, setelah menolak gencatan senjata sebelum Hamas membebaskan sandera Israel.
"Satu jam [jeda] di sini, satu jam di sana, kita sudah pernah menerapkannya sebelumnya," kata Netanyahu dalam sebuah wawancara, dikutip Al Jazeera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira kita akan memeriksa keadaannya agar barang-barang, bantuan kemanusiaan, bisa masuk. Atau sandera kita, bisa pergi," imbuhnya.
Netanyahu juga mengatakan bahwa Israel akan memiliki "tanggung jawab keamanan secara keseluruhan", setelah pertempuran dengan Hamas berakhir "untuk jangka waktu yang tidak ditentukan".
Pernyataan ini menyiratkan bahwa Israel bakal tetap melanjutkan pendudukannya di wilayah-wilayah tersebut.
Kelompok hak asasi manusia dan organisasi bantuan di Gaza mengatakan bahwa dibandingkan jeda kemanusiaan, saat ini situasi yang paling dibutuhkan adalah gencatan senjata.
Gencatan senjata sangat diperlukan untuk mencegah bencana kemanusiaan dan melindungi nyawa warga sipil, setelah nyaris sebulan 10 ribu orang telah tewas akibat agresi militer Israel.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Antonio Guterres juga telah menggemakan seruan soal gencatan senjata.
Hamas telah menawarkan pembebasan sandera warga negara asing, ketika jeda pertempuran itu terjadi. Sebagai gantinya, milisi itu juga menginginkan kesepakatan pembebasan tawanan Palestina lainnya yang kini ditahan di penjara Israel.