Pemukim Israel di wilayah Tepi Barat disebut menyebarkan selebaran berisi ancaman dan boneka berlumuran darah, dengan tujuan memperingatkan warga Palestina untuk pergi atau dibunuh di daerah itu.
"Demi Tuhan, kami akan segera menimpa kepala Anda dengan bencana besar. Anda memiliki kesempatan terakhir untuk melarikan diri ke Yordania dengan cara yang terorganisir," demikian isi selebaran yang diedarkan di kota Salfit, Tepi Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah itu, kami akan menghancurkan setiap musuh dan dengan paksa mengusir Anda dari tanah suci kami. Segera bawah tas Anda dan pergi ke mana pun Anda berasal. Kami akan datang," demikian dikutip Middle East Eye.
Selebaran itu juga memperingatkan tentang "Nakba besar" yang baru, merujuk pada peristiwa terusirnya 750 ribu warga Palestina dari tanah air mereka pada tahun 1948.
Di wilayah pendudukan Al-Ma'rajat dekat Jericho, boneka-boneka yang dilapisi cat merah terlihat seperti darah, diletakkan di pintu masuk sebuah sekolah demi menakut-nakuti anak Palestina di sana.
Sebelum serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu, para pemukim di Tepi Barat juga disebut kerap mengganggu dan menyerang warga Palestina setiap hari di bawah perlindungan tentara Israel.
Di kota Deir Istiya sebelah barat Salfit, para petani zaitun bahkan mengaku sudah terbiasa dengan serangan selama musim panen.
"Minggu ini saja, terjadi lebih dari 10 serangan terhadap petani, ancaman, teriakan, intimidasi, dan pengusiran terhadap petani dan lahannya," kata jurnalis lokal Abdel Qader Aql, kepada Middle East Eye.
"Karena ancaman ini, masyarakat harus datang ke tanah mereka secara berkelompok untuk saling melindungi," ujar dia.
Awal pekan ini, warga Palestina di Tepi Barat terusir dari rumah mereka sendiri, karena agresi Israel yang kian parah di wilayah tersebut.
Menurut laporan video CNN, warga Palestina di Kibbutz meninggalkan rumah mereka dan tak pernah kembali.
"Pasukan pendudukan datang saat kami sedang tidur. Mereka memukuli kami dan mencoba untuk membunuh kami atau mencoba untuk memaksa kami keluar dari rumah sendiri," kata salah satu warga Palestina dalam video yang dirilis pada Senin (6/11).
Banyak keluarga di Tepi Barat terpaksa meninggalkan rumah mereka karena tak punya pilihan.