Netanyahu Tolak Mentah-mentah Gencatan Senjata Demi Tawanan di Gaza

CNN Indonesia
Jumat, 10 Nov 2023 12:40 WIB
Sumber menyebut negosiasi Hamas dan Israel soal gencatan senjata dan pembebasan sandera terjadi beberapa kali, namun kerap ditolak Israel.
Netanyau disebut menolak mentah-mentah usulan gencatan senjata untuk bebaskan sandera di Gaza. Foto: REUTERS/RONEN ZVULUN
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan gencatan senjata selama lima hari dengan Hamas, sebagai imbalan atas pembebasan sandera yang ditahan milisi itu sejak awal Oktober lalu.

Dilansir The Guardian, salah satu sumber mengatakan Netanyahu langsung menolak kesepakatan, yang diusulkan tak lama setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober.

Menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan itu, kesepakatan awal yang dibahas adalah pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia dan orang sakit. Imbalannya, Israel harus menyepakati gencatan senjata selama lima hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun pemerintah Israel menolak usulan itu, bahkan semakin agresif dengan melancarkan serangan darat.

Negosiasi dilakukan kembali pada 27 Oktober setelah Israel melakukan invasi darat ke Gaza. Pada negosiasi ini selain pembebasan sandera, kesepakatan yang diusulkan ke Israel juga termasuk kemungkinan pengiriman lebih banyak bantuan, sedikit bahan bakar minyak, pasokan makanan, air, dan peralatan medis.

Sementara Israel meminta agar Hamas memberikan daftar lengkap sandera yang ada di Gaza, termasuk nama dan rincian setiap orang yang ditahan. Israel tak mau menghentikan pengeboman tanpa menerima daftar ini.

Hamas menjawab bahwa mereka tidak dapat memberikan daftar tersebut, tanpa jeda dalam pertempuran. Sebab diperkirakan 240 orang yang disandera itu ada di tangan sejumlah kelompok berbeda, di berbagai tempat di Gaza.

Hal ini juga menunjukkan bahwa para pemimpin Hamas sebenarnya tak tahu pasti berapa banyak orang yang ditahan, lokasi mereka, maupun jumlah orang yang selamat dari pengeboman tersebut.

Dari kesepakatan kedua ini, Netanyahu kembali menolak usulan gencatan senjata dalam jangka waktu tertentu sebagai imbalan pembebasan sandera.

Sumber lain menyebut Hamas awalnya meminta pertukaran tahanan, bahan bakar, dan pasokan bantuan lainnya, sebagai imbalan pembebasan sandera. Namun usulan ini dibatalkan, dan hanya disepakati untuk penghentian serangan udara saja.

"Setiap kali [ada] permintaan, balasan Israel semakin sulit," kata sumber itu.

Berbagai perundingan ini juga disebut telah memunculkan perpecahan di dalam pemerintahan Israel, antara kelompok garis keras di kalangan militer, kelompok sayap kanan pemerintah dan khususnya PM Netanyahu, melawan badan intelijen Mossad yang menjadi lembaga utama dalam negosiasi sandera, dan beberapa jenderal.

"Setiap kali Bibi [Netanyahu] mencapai kesepakatan, maka tuntutannya akan lebih keras," kata salah satu sumber.

Netanyahu telah berulang kali secara terbuka menolak gagasan gencatan senjata, dan malah memilih untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza.

Negosiasi antara Israel dan Hamas tidak dilakukan secara langsung, melainkan dimediasi oleh Qatar. Hal ini karena Israel dan Hamas tidak memiliki kontak resmi.

Media Israel melaporkan bahwa Direktur Mossad, David Barnea, dan mantan direktur Yossi Cohen, baru-baru ini mengunjungi Doha di Qatar untuk membahas negosiasi penyanderaan.

Kepala CIA, WIlliam Burns, juga mengunjungi Kairo dan Israel awal pekan ini, juga bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi. Kemarin (9/11), Burns bertemu dengan Barnea dan PM Qatar di Doha.

Sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa mereka membahas izin masuk sejumlah kecil bahan bakar ke Gaza untuk tujuan kemanusiaan, yang sejauh ini ditolak Israel, serta kesepakatan untuk membebaskan sejumlah kecil sandera dengan imbalan gencatan senjata satu atau dua kali.

Namun hasil perundingan tersebut masih belum jelas.



(dna)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER