Info Psikiater Netanyahu Bunuh Diri Disebut Hoaks, dari Blog Satire

CNN Indonesia
Minggu, 12 Nov 2023 18:37 WIB
Informasi tentang psikiater Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dr. Moshe Yatom meninggal karena bunuh diri disebut hoaks.
Ilustrasi isu psikiater PM Israel Netanyahu bunuh diri. (iStock/Chinnapong)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah kabar dan laporan mengklaim bahwa psikiater Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dr. Moshe Yatom, meninggal karena bunuh diri.

Informasi itu beredar melalui gambar di media sosial yang berisikan tangkapan layar judul berita berbunyi "Psikiater Perdana Menteri Israel bunuh diri."

Namun, menurut laporan AP, informasi tersebut terbukti salah dan hoaks. Tangkapan layar tersebut merupakan saduran dari sebuah blog satire bernama Legalianate yang telah tayang pada 2010 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sang penulis dan pemilik blog legalienate, Michael K. Smith, telah mengonfirmasi bahwa kalimat tersebut merupakan miliknya di posting 13 tahun lalu, dan membuatnya sebagai bentuk satire atas kebijakan milik pemerintah Zionis Israel.

"Tujuannya adalah untuk menarik perhatian terhadap gilanya kebijakan Israel namun dengan cara yang menghibur," kata Smith dalam keterangan tertulis yang ia kirimkan melalui email kepada AP, Sabtu (11/11).

Dalam gambar yang tersebar di media sosial, kalimat tersebut diambil dari situs web berita asal Pakistan dengan tanggal 6 November 2023.

Kalimat itu pun ramai diberitakan diberitakan oleh sejumlah media, dengan headline bahwa Moshe Yatom dilaporkan bunuh diri pada 2010 karena jengah keputusan-keputusan dari Netanyahu.

Postingan itu telah mendapatkan puluhan ribu like serta telah dibagikan ulang selama ribuan kali di Instagram hingga X sejak tayan pekan lalu.

Unggahan parodi tersebut kembali menjadi sorotan utama usai posisi Netanyahu yang mulai mendapatkan kritik keras dari beberapa sekutu seperti AS, Spanyol, hingga Prancis.

Saat sedang berkunjung ke India pada Jumat (10/11), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyerukan Israel agar tetap melindungi warga sipil di Gaza di saat agresi militernya kian membabi buta ke wilayah yang dikuasai Hamas itu.

"Terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh, terlalu banyak yang menderita di masa lalu," ucap Blinken seperti dikutip Reuters.

Namun, dalam kesempatan itu pula Blinken tetap menegaskan kembali dukungan AS terhadap aksi militer AS untuk memastikan Gaza "tidak dapat lagi digunakan sebagai wadah meluncurkan aksi terorisme."

Selain AS, Prancis juga mulai mengkritik agresi militer Israel ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 11 ribu korban jiwa dalam sebulan terakhir.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Israel harus berhenti membombardir Gaza dan membunuh warga sipil.

Spanyol juga mulai lantang menentang agresi Israel ke Jalur Gaza Palestina. Menteri Sosial Spanyol Ione Belarra menyerukan komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi ke Israel yang dinilainya tengah "merencanakan genosida" di Gaza.

"Negara Israel harus menghentikan genosida terencana ini terhadap warga Palestina," kata Belarra pada Rabu pekan ini seperti dikutip Al Jazeera.

"Mengapa kita bisa memberikan pelajaran tentang hak asasi manusia dalam konflik lain dan tidak di sini ketika dunia menyaksikan kengerian ini? Kematian ribuan anak, para ibu-ibu berteriak putus asa karena menyaksikan pembunuhan anak-anaknya," ucap Belarra lagi.

Per Jumat (10/11), jumlah korban tewas akibat serangan penjajah Israel ke Jalur Gaza Palestina bertambah menjadi 11.078 orang Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sebanyak 4.506 korban tewas merupakan anak-anak. Selain itu, 27.490 warga dilaporkan luka-luka.

Alih-alih meredam gempuran ke Gaza, Israel terus melancarkan invasi darat dan udara ke wilayah itu hingga menargetkan sejumlah rumah sakit.

Juru Bicara Kemenkes Palestina Ashraf al-Qudra mengungkapkan 21 dari 35 rumah sakit di Gaza sudah tidak beroperasi. Angkanya naik dari laporan sebelumnya, 18 rumah sakit.

(frs/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER