Profil Raja Faisal dari Saudi yang Pernah Embargo Minyak Gegara Israel

CNN Indonesia
Rabu, 15 Nov 2023 08:28 WIB
Raja Faisal dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh di dunia Arab karena sikap loyal terhadap negaranya dan ketegasannya di luar negeri.
Profil Raja Faisal (tengah) dari Saudi yang pernah embargo minyak ke AS gegara agresi Israel. (AFP Photo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Arab Saudi kini menjadi sorotan setelah menolak usulan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, untuk mengembargo minyak Israel konferensi tingkat tinggi (KTT) luar biasa di Riyadh, Arab Saudi, pada Sabtu (11/11).

Arab Saudi menjadi tuan rumah konferensi antara Liga Arab dan Organisasi Kerja sama Islam (OKI). Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk tetap mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel, walaupun mendapat kecaman dunia internasional, dikutip dari The Business Standard.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini juga berhubungan dengan Abraham Accords yang menormalisasi Arab dengan Israel pada 2020.

Sebelumnya, Arab pernah memberlakukan kebijakan embargo minyak saat Perang Yom Kippur 1973 terjadi. Di bawah kepemimpinan Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Arab mengembargo minyak ke negara-negara yang mendukung Israel.

Kebijakan Raja Faisal ini membuat terjadi krisis ekonomi dan energi di dunia, terutama Amerika Serikat dan Eropa barat.

Raja Faisal dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh di dunia Arab karena sikap loyal terhadap negaranya dan ketegasannya di luar negeri, dilansir dari Britannica.

[Gambas:Video CNN]

Saat masih muda, Raja Faisal sudah membantu ayahnya dalam melakukan diplomasi politik dengan negara-negara lain. Raja Faisal menjadi perwakilan Arab Saudi pada Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1945 dan menjabat sebagai duta besar di Majelis Umum PBB. Raja Faisal secara resmi dinobatkan sebagai pemimpin Arab Saudi pada November 1964.

Raja Faisal banyak melakukan terobosan untuk modernisasi dibandingkan para pendahulunya, terutama dalam program ekonomi dan pendidikan. Reformasi atas birokrasi yang membuat pemerintahan Arab berjalan dengan efisien.

Raja Faisal mampu merebut dominasi kepemimpinan regional yang telah lama dipegang oleh Mesir.

Sejak awal terjun di dunia politik, Raja Faisal selalu mendukung kemerdekaan Palestina. Arab memberikan dukungan penuh kepada Palestina dalam bidang ekonomi, politik sosial, maupun militer, dikutip dari Arrajol News.

Raja Faisal memiliki kebencian dengan bangsa Zionis dan hegemoni Uni Soviet di dunia Arab. Raja Faisal berupaya memberantas Zionisme dan Komunisme dengan menjalankan strategi mendukung resolusi 242 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dilansir dari The New York Times.

Resolusi ini berisi pengakuan Arab atas hak keberadaan Israel dan bersedia menahan Israel di balik perbatasan. Keputusan ini diambil untuk menjaga perdamaian perbatasan dan mengurangi pengaruh Uni Soviet.

Setelah usaha perdamaian dilakukan selama beberapa tahun, perang antara Arab dan Israel akhirnya pecah pada 1973. Raja Faisal mengambil tindakan tegas dengan mengeluarkan kebijakan embargo minyak.

Embargo minyak dijatuhkan kepada Belanda, Portugal, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan yang mendukung Israel.

Kebijakan embargo yang berakibat krisis global membuat Amerika dan Eropa sadar akan pentingnya Timur Tengah. Hal ini membuat Raja Faisal dikenal sebagai raja Arab yang sangat berani menghadapi negara berkuasa.

(cpa/bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER