Supervisor Departemen Unit Gawat Darurat (UGD) Omar Zaqout mengatakan orang-orang di dalam Rumah Sakit Al Shifa di Gaza kehilangan kontak dengan gedung lain di kompleks rumah sakit.
Dia menyebut orang-orang berlindung di dalam gedung dan menjauhi jendela serta pintu ketika Israel menyerbu rumah sakit terbesar di Gaza itu.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi di luar. Yang kami dengar hanyalah ledakan, suara tembakan, jeritan orang lanjut usia, dan tangisan anak-anak," kata Zaqout dalam wawancara dengan Al Jazeera, seperti dilaporkan CNN, Rabu (15/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan Israel menggerebek rumah sakit pada pagi hari ini. Menurut Zaqout, pasukan Negeri Zionis itu menggerebek ke gedung-gedung sekitar UGD. Dia juga menyaksikan orang-orang diborgol, ditelanjangi, dan ditutup matanya.
Berdasarkan keterangan seorang jurnalis di Al-Shifa, seorang tentara memerintahkan pria berusia di atas 16 tahun untuk angkat tangan. Mereka digiring keluar gedung dan ditelanjangi untuk memeriksa kepemilikan senjata atau bahan peledak.
"Keluar dari gedung menuju halaman dan menyerah," kata tentara memberikan perintah lewat pengeras suara, menurut keterangan jurnalis di lokasi, seperti dilaporkan AFP.
Jubir Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) Daniel Hagari mengatakan Israel berperang "dengan Hamas", bukan "dengan warga sipil di Gaza".
Hagari menggambarkan serangan terhadap RS Al-Shifa sebagai "operasi yang pas dan tepat sasaran melawan Hamas di Gaza area tertentu fasilitas".
Dia juga mengklaim pasukan IDF, termasuk tim medis dan penutur bahasa Arab, telah menjalani pelatihan khusus sehingga tidak ada kerugian ditimbulkan pada warga sipil.
Namun, Zaqout menyatakan semua orang di dalam rumah sakit adalah warga sipil. "Situasinya saat ini mengerikan," ujarnya.
Pasukan militer Israel merangsek masuk ke Al Shifa setelah Amerika Serikat menuduh Hamas memiliki markas komando di bawah rumah sakit tersebut.
Hamas sudah membantah tegas bahwa pihaknya memiliki markas di RS Al Shifa. Hamas menyebut pernyataan AS merupakan "lampu hijau" bagi Israel untuk membantai warga sipil.
Kelompok milisi Palestina itu bahkan meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk komite internasional guna menginspeksi semua rumah sakit di Jalur Gaza, termasuk RS Al Shifa, untuk membuktikan klaim Israel.
Hingga Senin (13/11), korban tewas akibat agresi Israel ke Gaza sejak 7 Oktober lalu telah mencapai 11.240 orang.
Sebanyak 4.630 dari total korban tewas tersebut merupakan anak-anak, dan 3.130 lainnya merupakan perempuan.