Genosida di Gaza Palestina Diklaim buat Uji Senjata Baru Israel
Israel disebut melakukan uji coba senjata baru di Palestina sebelum mereka menjualnya ke negara lain.
Pada 22 Oktober, tentara Israel merilis rekaman unit Komando Maglan mengerahkan bom mortir berpemandu presisi baru, Iron Sting, untuk melawan Hamas.
Mortir buatan Elbit System ini memasang iklan di situs webnya sejak Maret 2021. Di waktu itu, senjata tersebut telah terintegrasi dengan militer Israel.
Menteri Pertahanan Israel kala itu yang kini menjadi anggota kabinet perang Benny Gantz menggambarkan Iron Sting sebagai senjata untuk menyerang sasaran dengan tepat.
"[Bom mortir] menyerang target secara tepat baik di medan terbuka maupun lingkungan perkotaan, sekaligus mengurangi kemungkinan kerusakan tambahan dan mencegah cedera pada korban non-kombatan," kata Gantz kala itu, dikutip Al Jazeera, Jumat (17/11).
Militer Israel dilaporkan debut menggunakan Iron Sting dan drone Spark dalam perang melawan Hamas.
Al Jazeera menuliskan laporan itu menunjukkan bahwa Israel menguji senjata baru dalam konflik.
Selama bertahun-tahun, Israel disebut menguji coba peluru keras, senjata robotik dengan kecerdasan buatan, dan berbagai senjata untuk membubarkan massa ke warga Palestina.
Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan di Gaza menilai Israel menggunakan drone Hermes 450 dan Hermes 900 dalam Operasi Protective Edge pada 2014 lalu. Ketika itu, mereka menggempur Gaza dan menewaskan banyak korban.
Organisasi itu juga menyebut 37 persen kematian akibat serangan drone. Setelah gempuran tersebut, drone buatan Elbit laku di pasaran.
Perusahaan ini mendapat kontrak drone Hermes 900 baru dengan lebih dari 20 negara.
Elbit juga mempromosikan UAV Hermes sebagai senjata yang terbukti "dalam pertempuran" dan platform utama militer Israel dalam melancarkan "operasi terorisme."
Bukan di tahun itu saja, Israel juga menggunakan drone terbesar di negara itu, Heron TP Eitan, selama Operasi Cast Lead di Gaza pada 2008-2009.
Organisasi non-pemerintah, Drone Wars UK, melaporkan drone itu dipakai untuk membunuh warga sipil.
Selama operasi itu, 353 anak-anak tewas dan 860 mengalami luka-luka.
Setelah gempuran tersebut, perusahaan senjata Israel Aerospace Industries (IAI) mengalami lonjakan pesanan drone varian Heron dari 10 negara di periode 2008-2011.
India bahkan membeli 34 drone Heron di periode tersebut, disusul Prancis 24 unit, Brasil dan Australia 10 unit.
Profesor studi perang Lawrence Freedman menilai lonjakan penjualan senjata itu bukan berarti Israel mengobarkan perang untuk mempromosikan senjata.
Namun, jurnalis dan penulis independen Antony Loewenstein punya pandangan berbeda.
"Di setiap perang melawan Gaza, serangkaian senjata dan teknologi pengawasan telah dikerahkan terhadap warga Palestina yang kemudian dipasarkan dan dijual ke sejumlah besar di negara di dunia," ujar dia.
(isa/bac)