Pemimpin diktator Korea Utara Kim Jong Un mengeluarkan pernyataan yang langka, mengakui negaranya mengalami krisis parah.
Pengakuan itu terlontar saat Kim hadir dalam pertemuan Partai Pekerja Korea pada 23-24 Januari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Masalah ekonomi sebagai] masalah politik yang serius," kata Kim, dikutip Radio Free Asia (RFA).
Dia kemudian berujar, "Perekonomian lokal secara keseluruhan saat ini berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan."
Kim juga mengakui pemerintah Korut "tak bisa memenuhi kebutuhan dasar" seperti bahan makanan pokok, bahan makanan, hingga barang yang dikonsumsi masyarakat.
Korut, lanjut dia, secara konsisten fokus terhadap perekonomian dan ketahanan pangan. Kim menilai kinerja ekonomi berkaitan dengan keamanan dan legitimasi.
Sejak menjabat pada 2012, Kim menghadapi masalah ekonomi dan kekurangan pangan. Masalah ini kian parah usai pandemi Covid-19 dan sanksi internasional menghantam Korut.
Menurut laporan Statistik Korsel pada Desember 2022, Korut mengalami kontraksi ekonomi selama tiga tahun terakhir.
Data menunjukkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) Korut sebesar 0,2 persen pada 2022.
Sementara itu, produksi pertanian Korut mengalami penurunan 4 persen menjadi 4,5 juta ton pada 2022.
Secara khusus, produksi beras mengalami penurunan sebesar 3,8 persen menjadi 2,07 juta ton, yang merupakan sekitar setengah dari produksi beras Korea Selatan.
Sumber di Korea Utara mengatakan sebanyak 30 persen petani di dua provinsi utara tak bisa bekerja karena kelaparan.
Di tengah krisis itu, Korut berulang kali melakukan uji coba rudal.
(isa/bac)