Ahli Sebut Perusahaan China Retas Akun Pemerintah Negara Lain

CNN Indonesia
Kamis, 22 Feb 2024 21:01 WIB
Sejumlah ahli mengungkapkan perusahaan keamanan teknologi di China meretas akun-akun pemerintah hingga aktivis asing seperti Thailand dan Inggris.
Ilustrasi keamanan siber. (REUTERS/Kacper Pempel)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah ahli mengungkapkan perusahaan keamanan teknologi di China meretas akun-akun pemerintah hingga aktivis dari negara lain seperti Thailand dan Inggris.

Analis dari SentinelLabs dan Malwarebytes mengatakan perusahaan I-Soon, firma swasta yang bersaing untuk mendapatkan kontrak pemerintah China, telah menyusupi lebih dari belasan akun pemerintah asing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah negara-negara yang disebut pernah diretas antara lain Thailand, Vietnam, India, Korea Selatan, dan Inggris.

I-Soon bahkan disebut meretas akun-akun aktivis, universitas, hingga aliansi militer NATO.

Para analis mengatakan data yang diretas I-Soon telah diunggah pekan lalu di repositori perangkat lunak daring GitHub oleh individu yang tidak dikenal.

"Data bocor itu memberikan beberapa detail paling konkret yang bisa dilihat secara bebas saat ini. Data itu juga mengungkapkan sifat matang dari ekosistem spionase dunia maya China," kata para analis SentinelLabs, seperti dikutip AFP, Kamis (22/2).

Pada Kamis pagi, situs web I-Soon tidak dapat diakses oleh publik. Kendati demikian, arsip internet dari situs itu menyebut I-Soon berbasis di Shanghai dengan anak perusahaan tersebar di Beijing, Sichuan, Jiangsu, dan Zhejiang.

I-Soon tidak merespons saat dimintai komentar.

Kementerian Luar Negeri China sementara itu mengaku tidak mengetahui kasus tersebut.

"Sebagai prinsip, China dengan tegas menentang semua bentuk serangan siber dan menindaknya sesuai dengan hukum," kata juru bicara Kemlu China Mao Ning.

Data yang bocor ini sendiri berisi ratusan chatlog, presentasi, dan daftar dari target.

AFP menemukan sebuah daftar yang tampaknya milik departemen pemerintah Thailand dan Inggris di antara kebocoran tersebut. AFP juga mendapati tangkapan layar akun Facebook seseorang.

Tangkapan layar lainnya menunjukkan argumen antara karyawan dan supervisor mengenai gaji, serta dokumen-dokumen yang menjelaskan perangkat lunak yang bertujuan untuk mengakses email Outlook target.

"Seperti yang ditunjukkan oleh dokumen yang bocor, kontraktor pihak ketiga memainkan peran penting dalam memfasilitasi dan mengeksekusi banyak operasi ofensif China di domain siber," kata analis SentinelLabs.

Dalam sebuah tangkapan layar aplikasi sosial media, ada pula data kantor kementerian luar negeri suatu negara, kantor kementerian luar negeri ASEAN, kantor perdana menteri, badan intelijen nasional, dan kementerian pemerintah lainnya dari negara yang tidak disebutkan namanya.

Analis yang memeriksa file juga mengatakan I-Soon menawarkan klien kemampuan untuk membobol akun seseorang di platform X (dulunya Twitter), memantau aktivitas mereka, membaca pesan pribadi, dan membuat unggahan.

Mereka juga menjelaskan bagaimana perusahaan mengakses dan mengambil alih komputer seseorang dari jarak jauh dan memungkinkan peretas menjalankan perintah serta memantau apa yang mereka ketik.

Layanan lain yaitu cara untuk menembus iPhone Apple dan sistem operasi ponsel pintar lainnya serta perangkat keras khusus.

Peneliti dari Malwarebytes, Pieter Arntz, mengatakan kebocoran ini kemungkinan bakal "mengguncang entitas-entitas yang disusupi."

"Seperti misalnya, hal itu bisa mengakibatkan perubahan diplomasi internasional dan mengekspos lubang dalam keamanan nasional dari sejumlah negara," kata Arntz.

Biro Investigasi Federal (FBI) sempat melaporkan bahwa China memiliki program peretasan terbesar di dunia.

Beijing membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh Amerika Serikat atas sejarah spionase dunia maya yang pernah dilakukan Washington di masa lalu.

(blq/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER