Relawan Indonesia Beber Situasi Gaza selama Ramadan
Relawan Komite Penyelamatan Darurat Medis (MER-C) Indonesia menyebut bahwa situasi mencekam masih menyelimuti Jalur Gaza selama Ramadan.
Hal tersebut disampaikan oleh Fikri, salah satu tim relawan MER-C Indonesia yang berada di Khan Yunis, Gaza Selatan, Kamis (21/3).
"Suasana di Gaza masih mencekam karena masih terdapat beberapa serangan dari jalur darat, udara, dan laut dari Israel dan korban jiwa masih terus bertambah," ujar Fikri pada CNNIndonesia.com.
Fikri membagikan ceritanya bahwa serangan oleh Israel masih masif terjadi, bahkan di tengah Ramadan.
"Masih terdapat serangan bom, drone, hingga jet tempur yang berlalu lalang di Gaza selatan," tambahnya.
Warga Gaza dan para tim medis juga merasa kesulitan mendapatkan makanan dan berbagai bahan kebutuhan sehingga masih mengandalkan bantuan kemanusiaan.
Mereka juga masih sulit melakukan beberapa aktivitas Ramadan yang sebelumnya kerap dilakukan, seperti salat berjamaah, tadarus, hingga itikaf di masjid.
Sebelumnya, lembaga medis dan kemanusiaan MER-C Indonesia tiba di Jalur Gaza pada Senin (18/3). Mereka terdiri dari sebelas relawan dokter yang dikerahkan untuk membantu warga Gaza.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Pasukan India Naik Kelas sampai Imam Masjidil Haram Sujud Sahwi |
Mereka tiba bersama dengan lembaga kesehatan lain yang bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah Emergency Medical Team (EMT).
Fikri menjelaskan bahwa para tim relawan tengah ditugaskan di berbagai wilayah Jalur Gaza untuk membantu dokter yang ada.
"Mereka bertugas di tempatnya masing-masing. Seperti dokter ortopedi di Rumah Sakit Yusuf al Nazar di Rafah. Perawat dan bidan bertugas di Rumah Sakit milik Uni Emirat Arab di Rafah, Gaza selatan. Dokter umum bertugas di sebuah klinik di kota Rafah," ujar Fikri.
"Alhamdulillah, relawan tim medis sangat membantu untuk mengganti shift dokter yang ada dan mereka bertugas selama 24 jam penuh," tambahnya.
Agresi brutal Israel di Jalur Gaza hingga kini telah menewaskan lebih dari 31.700 warga Palestina. Mayoritas korbannya merupakan anak-anak dan perempuan.
(val/bac)