Penembakan massal yang terjadi beberapa hari lalu di gedung konser Moskow, Rusia, masih menyisakan trauma bagi para korban.
Serangan terjadi pada Jumat (22/3) yang dilakukan oleh sejumlah orang bersenjata di Crocus City Hall menjelang dimulainya sebuah konser rock.
Mereka menembakkan senjata otomatis dari jarak dekat hingga membuat orang-orang berhamburan dan ketakutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sejumlah fakta terbaru soal penembakan massal di Moskow Rusia.
Negara Islam Khorasan (ISIS-K) merupakan salah satu afiliasi ISIS di Timur Tengah yang disebut sebagai dalang dari penembakan massal di Moskow tersebut.
Kelompok ini mununjukkan eksistensinya di Afghanistan timur pada akhir 2014 lalu. Melalui berbagai aksi ekstremnya, mereka berhasil membangun reputasi dan mendapatkan sejumlah pengikut yang setia.
Melansir Reuters, ISIS-K mulai mengalami penurunan anggota sejak 2018. Ini terjadi imbas perang Taliban dan pasukan Amerika Serikat yang menggusur keberadaan mereka.
Meski terlihat sama, ISIS dan Taliban mempunyai visi, prinsip, dan misi yang jauh berbeda. Kendati demikian, Taliban kerap ingin mengalahkan kelompok tersebut karena disebut bertentangan dengan prinsip mereka.
ISIS-K mengklaim aksi kejinya usai mengunggah sebuah video pernyataan bahwa mereka bertanggung jawab penuh dalam serangan tersebut.
Hingga kini, terdapat 4 tersangka yang berhasil diringkus oleh kepolisian Rusia.
Komite Investigasi Rusia mengungkapkan jumlah terkini korban penembakan massal mencapai 137 orang.
"Jenazah 137 orang, termasuk tiga di antaranya anak-anak, ditemukan di lokasi kejadian," ujar Komite Investigasi Rusia, dilansir dari AFP, Minggu (24/3).
Mereka juga menyatakan telah menemukan senjata dan amunisi di tempat kejadian perkara (TKP) dan mobil yang dipakai para pelaku untuk melarikan diri.
Korban yang berjatuhan hingga kini masih terus diinvestigasi oleh komite dan kepolisian Rusia.
Tak sedikit dari korban yang mengalami luka berat hingga berhamburan ke berbagai ruangan di Crocus Hall saat penembakan massal terjadi.
Seorang saksi bernama Natalya mengatakan bahwa sebuah tembakan terdengar di belakangnya usai melepas mantelnya dan sedang mengantre masuk.
"Suaranya keras, seperti ledakan petasan, kembang api, tapi seperti ledakan otomatis. Saya mendengarnya tepat di belakang saya, tidak jauh dari sana," ujar Natalya, seperti dikutip dari Reuters pada Sabtu (23/3).
Natalya berhasil melarikan diri menuju ke stasiun metro terdekat di tengah dinginnya udara Moskow. "Semua orang berteriak, semua orang berlarian," tambahnya.
Berbeda dengan situasi yang ada di luar, pelaku mengepung para warga yang terjebak di dalam konser dengan menembaki siapapun yang mereka temui.
Seorang saksi Anastasia Rodionova mengatakan kejadian kelam itu kepada Reuters, "saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana orang-orang berjatuhan dan ada tembakan."
Rodionova menyebut sejumlah pria berhasil mendobrak pintu seraya mengatakan mengancam para korban untuk tidak berbaring.
Terdapat seorang gadis yang berhasil lolos dari para pelaku usai berpura-pura tewas.
"Saya jatuh ke lantai dan berpura-pura tewas. Saat itu saya berdarah-darah," ujar gadis tersebut, seperti dikutip The Guardian.
Ia juga sempat melihat berbagai korban berjatuhan tewas terbunuh oleh rentetan tembakan senjata.
Hingga kini, kelompok militan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Presiden Rusia Vladimir Putin pun telah berjanji untuk menghukum semua pihak yang terlibat dalam penembakan tersebut.
Terdapat empat orang tersangka asal Tajikistan yang sudah berhasil diringkus oleh aparat kepolisian Rusia.
Amerika Serikat mengklaim telah menerima informasi terkait ancaman serangan teroris di Moskow, Rusia, sejak awal Maret lalu, jauh sebelum penembakan massal di tempat konser Crocus City terjadi pada Jumat (22/3).
Kedutaan Besar AS di Moskow telah mengeluarkan peringatan keamanan kepada warganya di sana pada 7 Maret lalu.
Melalui security alert itu, Kedubes AS menuturkan telah menerima sejumlah laporan bahwa kelompok ekstremis tengah merencanakan serangan yang menargetkan kerumunan di Moskow, termasuk gelaran konser.
Peringatan keamanan itu pun mewanti-wanti warga Amerika di Rusia untuk menghindari kerumunan serta tempat ramai untuk sementara waktu. Kedubes AS juga memperingatkan bahwa serangan ini mungkin terjadi dalam waktu 48 jam ke depan.
Presiden Rusia Vladimir Putin bersumpah terus memburu dan akan menghukum semua pihak yang terlibat dalam penembakan massal di gedung konser yang menewaskan lebih dari 130 orang.
Diberitakan Reuters, Minggu (24/3), Putin menyebut, bukan hanya pelaku, dia bahkan akan mengejar dan menghukum dalang 'aksi teroris biadab' tersebut.
"Semua pelaku, penyelenggara, dan mereka yang memerintahkan kejahatan ini akan dihukum secara adil dan pasti. Siapa pun mereka, siapa pun yang membimbing mereka," kata Putin mengutip Reuters.
(bac)