Narkoba 'zombie' yang sempat menghebohkan Amerika Serikat (AS) pada pertengahan 2023 lalu kini sudah masuk ke Inggris.
Pada Juni 2023, kawasan Kensington Avenue, sebuah kawasan di Kota Philadelphia, AS menjadi sorotan setelah kemunculan narkoba yang mengakibatkan penggunanya bertingkah macam zombie.
Narkoba bernama xylazine atau tranq ini bahkan telah dicap sebagai ancaman negara oleh Gedung Putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Narkoba ini dikaitkan dengan kematian di Inggris pertama kalinya saat dilakukan pemeriksaan post-mortem terhadap Karl Warburton, yang ditemukan tewas di rumahnya di kota Solihull pada Mei 2022.
Pengguna narkoba ini umumnya mengalami luka kulit dan infeksi di tempat mereka menyuntik yang dapat mulai membusuk. Efek ini juga membuat narkoba tersebut dijuluki sebagai "pemakan daging."
Para peneliti, yang dipimpin oleh para akademisi dari King's College London, mengatakan ancaman dari narkoba tersebut telah meluas ke Inggris.
Xylazine adalah obat penenang non-opioid, penghilang rasa sakit, dan pelemas otot yang digunakan sebagai obat penenang untuk hewan.
Obat ini, yang dikenal sebagai obat penenang atau obat bius, menyebabkan masalah yang serius di AS ketika dicampur dengan heroin dan fentanil. Hal ini karena campuran tersebut dapat melemahkan pernapasan dan detak jantung secara berbahaya.
Jika disuntikkan langsung ke dalam aliran darah pengguna, narkoba tersebut akan mengurangi keinginan untuk dosis ulang, tetapi sebagai gantinya timbul borok kulit yang besar dan terbuka.
Merespons invasi narkoba tersebut, para peneliti menghubungi semua laboratorium toksikologi di Inggris untuk mengumpulkan bukti deteksi xylazine dalam sampel biologis.
Mereka menemukan keberadaan obat tersebut pada enam belas orang, yang 11 di antaranya telah meninggal. Sebelas sampel berasal dari musim panas 2023.
"Kita sekarang tahu bahwa xylazine telah merambah pasar obat-obatan terlarang di Inggris. Hal ini patut diwaspadai karena populasi pengguna narkoba yang jauh lebih luas di luar pengguna heroin akan terpapar pada bahayanya," ujar Caroline Copeland, peneliti dari School of Cancer & Pharmaceutical Sciences Kings College London dalam sebuah keterangan, Rabu (10/4).
"Kita juga tahu bahwa kebanyakan orang yang membeli heroin tidak akan berniat untuk membeli xylazine dan kombinasi ini meningkatkan risiko overdosis," imbuhnya.
Lebih lanjut, Copeland menyebut ada tiga langkah yang dapat dilakukan oleh Inggris untuk mencegah epidemi penggunaan xylazine yang muncul di AS.
Langkah tersebut adalah penyediaan strip tes xylazine yang murah; penyedia layanan kesehatan harus menyadari tanda-tanda ulkus kulit kronis akibat penggunaan xylazine; dan ahli patologi dan koroner harus secara khusus meminta pengujian toksikologi untuk xylazine pada kasus-kasus yang relevan untuk memahami prevalensi obat yang sebenarnya.
(lom/sfr)