Aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) memastikan tak akan mengerahkan pasukan ke Ukraina di tengah invasi Rusia yang sudah berlangsung selama dua tahun.
"Tak ada rencana untuk kehadiran pasukan tempur NATO di Ukraina," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg saat wawancara dengan MSNBC, dikutip TASS, Minggu (21/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia lalu berujar, "Namun, tentu saja sejumlah sekutu NATO telah memiliki personel berseragam di kedutaan mereka untuk memberikan masukan."
Stoltenberg lantas mengatakan publik harus bisa membedakan orang-orang berseragam yang akan hadir atau hadir saat ini, dan kehadiran pasukan tempur di medan perang.
Lebih lanjut, dia menekankan apa yang dilakukan NATO dan sekutunya selama ini adalah untuk membela Ukraina mempertahankan diri.
"[Dukungan NATO] bukan amal, itu merupakan investasi keamanan kami," ungkap Stoltenberg.
Dia juga menyinggung bantuan Amerika Serikat dan NATO sudah terlambat.
DPR AS telah menyepakati rancangan undang-undang (RUU) bantuan untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan pada pekan lalu usai tertunda selama berbulan-bulan.
Ukraina akan mendapat bantuan senilai US$60,84 miliar atau sekitar Rp973 triliun ke Ukraina.
Stoltenberg menyebut penundaan bantuan ke Ukraina punya dampak negatif bagi pemerintahan Volodymyr Zelensky dan negara Barat.
"Ini belum terlambat tapi tentu saja penundaan ini punya konsekuensi nyata. Rusia punya lebih banyak amunisi," kata dia.