AS: Kami Tak Akan Dukung Operasi Militer Israel ke Rafah
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan pemerintahan Joe Biden menolak rencana Israel menyerang Rafah. Di hadapan para pemimpin Israel, ia menilai ada cara lebih baik untuk mengatasi Hamas daripada melakukan serangan darat ke Rafah.
Saat berada di Israel, seperti diberitakan AFP pada Kamis (2/5), Blinken memastikan posisi AS sudah jelas karena operasi militer membuat lebih banyak warga sipil menjadi korban.
Lihat Juga : |
"Posisi kami jelas. Tidak berubah, tidak akan berubah," kata Blinken.
"Kami tidak dapat dan tidak akan mendukung operasi militer besar-besaran di Rafah jika tidak ada rencana efektif untuk memastikan warga sipil tidak dirugikan."
"Pada saat yang sama, ada cara lain dan menurut penilaian kami, cara yang lebih baik untuk menghadapi tantangan nyata Hamas yang tidak memerlukan operasi militer besar-besaran di Rafah," tuturnya.
Kendati demikian, Blinken tidak menyebutkan atau mendetailkan opsi yang lebih baik bagi Israel untuk menghadapi Hamas.
Blinken bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem yang menjadi bagian dalam kunjungannya ke Timur Tengah dalam beberapa waktu terakhir.
Pertemuan dengan Netanyahu dilaporkan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
Namun, Blinken menolak membeberkan isi pertemuan tersebut. Ia hanya menyatakan AS terus menyampaikan kekhawatiran, terutama atas rencana Israel.
Benjamin Netanyahu sebelumnya bersumpah melancarkan serangan terhadap Rafah untuk membasmi Hamas meskipun ada tentangan dari AS.
Ia mengatakan serangan ke Rafah bakal dilakukan tanpa pedulu Hamas menerima atau tidak proposal gencatan senjata sementara dengan imbalan pembebasan sandera.
"Kami telah berbicara dengan Israel mengenai hal itu dan kami akan melanjutkan pembicaraan tersebut," ucap Blinken terkait hal itu.
Di sisi lain, AS juga mendesak Hamas segera menerima proposal gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang diajukan Israel. Menurutnya tak ada lagi alasan untuk menghambat persetujuan.
Blinken sejak Senin (29/4) menilai proposal terbaru yang diajukan Israel adalah "yang paling murah hati." Kendati demikian, ia tak mendetailkan lebih lanjut isi dalam proposal itu.
(afp/chri)