Gelombang Panas 'Membakar' di India, Suhu Nyaris 50 Derajat Celsius

CNN Indonesia
Rabu, 29 Mei 2024 13:00 WIB
Gelombang panas tembus hamoir 50 derajat Celsius di India, beberapa wilayah terancam krisis air.
Gelombang panas di ibu kota India nyaris tembus 50 derajat Celsius pada Selasa (28/5). Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Jakarta, CNN Indonesia --

Ibu kota India, New Delhi, dilanda panas ekstrem dengan suhu mencapai rekor tertinggi 49,9 derajat Celsius pada Selasa (28/5).

Departemen Meteorologi India (India Meteorological Department/IMD) melaporkan kondisi gelombang panas yang parah tercatat di wilayah Narela dan Mungeshpur di New Delhi.

Dilansir dari AFP, suhu panas ini diperkirakan akan terjadi hingga hari ini (29/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

India memang kerap dilanda suhu panas yang menyengat. Pada Mei 2022 lalu, suhu di sebagian wilayah Delhi mencapai 49,2 derajat Celsius.

Namun penelitian selama bertahun-tahun menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, lebih sering, dan lebih intens.

Pihak berwenang di New Delhi juga memperingatkan risiko kekeringan, karena gelombang panas menyebabkan pasokan air ke beberapa daerah jadi terhambat.

Akibatnya, Menteri Air Atishi Marlena menyerukan "tanggung jawab kolektif" di kalangan masyarakat untuk menggunakan air secara bijak dan tidak boros.

"Untuk mengatasi masalah kelangkaan air, kami telah mengambil sejumlah langkah seperti mengurangi pasokan air dua kali sehari menjadi satu kali sehari, di banyak daerah," kata Atishi.

Dia mengatakan, "Air yang hemat akan dijatah dan disuplai ke daerah-daerah yang kekurangan air di mana pasokan hanya bertahan 15 hingga 20 menit sehari."

IMD memperingatkan dampak gelombang panas ini terhadap kesehatan, terutama bagi bayi, orang lanjut usia, dan penderita penyakit kronis.

Negara tetangga India, Pakistan, juga dilanda gelombang panas lebih parah hingga 52 derajat Celsius di Provinsi Sindh. Ini menjadi angka suhu tertinggi pada musim panas selama beberapa tahun terakhir.

Suhu ekstrem di seluruh Asia selama sebulan terakhir kemungkinan besar menjadi lebih buruk akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, demikian ungkap tim ilmuwan internasional, seperti dilansir CNN, Selasa (28/5).



(dna)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER