Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, diduga tewas akibat roket atau proyektil yang ditembakkan ke rumah tempat dia menginap, bukan akibat bom yang ditanam dua bulan sebelumnya.
Khaled Qaddoumi, perwakilan Hamas di Iran, mengatakan kerusakan pada langit-langit dan dinding ruangan di wisma lokasi Haniyeh terbunuh "kemungkinan mengindikasikan bahwa tempat itu terkena roket atau proyektil dari luar."
Meski begitu, dia menyerahkan hasil akhir kepada tim penyelidik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, masalah ini diserahkan kepada laporan teknis," kata Qaddoumi, melansir Anadolu.
"Tim teknis bekerja tanpa lelah untuk mendapatkan fakta.. Jadi masih terlalu dini untuk menyampaikan penilaian apa pun terkait masalah ini," imbuh dia.
Ketika ditanya tentang laporan The New York Times yang mengklaim pembunuhan dilakukan oleh sebuah alat peledak yang disembunyikan di kamar Haniyeh dua bulan sebelum serangan, Qaddoumi mengesampingkan kemungkinan itu.
"Ini tidak rasional dan tidak berdasarkan temuan ilmiah apa pun," cetus dia.
Menurut Qaddoumi, Haniyeh sebelum kematiannya sempat menghadiri jamuan makan malam resmi kepresidenan setelah upacara pelantikan presiden baru Iran.
Haniyeh kemudian pergi ke kediaman yang sebelumnya ia tempati saat mengunjungi Iran. Rumah tersebut, kata dia, diperuntukkan bagi tamu-tamu penting seperti perdana menteri dan menteri.
"Tempat tinggalnya saat itu berada di lantai empat," katanya.
Haniyeh dibunuh pada Rabu (31/7) di ibu kota Iran, Teheran. Hamas dan Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut. Namun, Tel Aviv belum mengonfirmasi atau membantah bertanggung jawab atas aksi tersebut.
(tim/arh)