Hasil penyelidikan Iran mengenai pembunuhan terhadap pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh akhirnya terungkap.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menyatakan Haniyeh tewas akibat rudal, bukan bom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari kantor berita Iran Mehr News, IRGC mendapati bahwa "rezim Zionis dengan dibantu Amerika Serikat" telah menembakkan proyektil jarak pendek berhulu ledak sekitar tujuh kilogram.
Proyektil itu meledakkan dengan kuat area luar lokasi penginapan Haniyeh di Teheran, Iran, sehingga menewaskan sang pemimpin Hamas dan seorang pengawalnya.
"Tindakan ini dirancang dan dilakukan rezim Zionis (Israel) dan didukung pemerintah kriminal Amerika," demikian pernyataan IRGC, Sabtu (3/8).
Seiring dengan hasil penyelidikan tersebut, IRGC menegaskan bakal membalas kematian Haniyeh dengan menghukum keras Israel. Balasan itu akan diluncurkan "di waktu dan tempat yang tepat."
Ismail Haniyeh tewas di Iran pada Rabu (31/7) dini hari usai sebuah serangan meledakkan tempat dia menginap di Teheran.
Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7). Dia juga sempat bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di hari yang sama.
Hamas dan Iran menuding Israel sebagai dalang atas pembunuhan Haniyeh. Israel hingga kini bungkam soal tuduhan tersebut.
Kendati begitu, Tel Aviv sempat mengakui telah melancarkan operasi pembunuhan sejumlah pemimpin milisi "musuh" dalam sebulan terakhir.
Sebelum hasil investigasi IRGC keluar, The New York Times (NYT) merilis laporan yang menyebut Haniyeh tewas akibat bom. Mengutip tujuh sumber Timur Tengah, NYT menyatakan bom itu telah diselundupkan ke kediaman Haniyeh dua bulan sebelum insiden.