Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un menggunakan terms yang kerap dipakai warga Korea Selatan saat pidato di hadapan warga yang menjadi korban banjir Sungai Yalu.
Kim Jong Un menyampaikan pidatonya ini pada awal Agustus lalu. Salah satu warga di Pyongan Utara mengatakan masyarakat yang mendengar pidatonya terkejut dengan penggunaan diksi-diksi sang pemimpin tertinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, selama ini, Kim Jong Un terkenal garang dan brutal menghukum warga yang kerap menggunakan istilah-istilah dan diksi khas Korsel.
"Orang-orang lebih terkejut dengan cara Kim Jong Un menggunakan kata-kata Korea Selatan dalam pidatonya daripada isi pidatonya sendiri," kata dia, dikutip Radio Free Asia, Jumat (16/8).
Dalam pidatonya, menurut wargaitu Kim Jong Un menggunakan diksi "warga negara/citizens" ke para korban.
Biasanya, Kim Jong Un menyebut warga Korut dengan istilah khas partai komunis "comrades/kawan."
Kim Jong Un juga menyebut para lanjut usia korban banjir dengan istilah "para orang tua/elders". Pemimpin Korut selama ini kerap menggunakan kata "senior atau kakek-nenek yang terhormat."
Tak hanya itu, Kim juga menyebut "televisi" menjadi "TV", bukan yang biasa dipakai warga Korut yakni terebi. Penyebutan TV lebih terdengar seperti bahasa Amerika dan familiar di Korsel .
Sumber RFA juga mengatakan Kim memberitahu korban bahwa mereka sedang "menempuh medan yang berat."
Ungkapan yang lebih umum di Korut untuk menggambarkan situasi sulit biasanya memakai frasa "situasi yang sulit dan melelahkan.
Para pengamat menilai istilah yang digunakan Kim saat pidato menunjukkan bahwa pemimpin Korut mungkin sedang menonton film dan acara TV Korsel.
Setelah pemisahan semenanjung ini imbas Perang Dunia II, perbedaan bahasa di Korut dan Korsel lebih dari sekadar pemisahan regional. Namun, keputusan ini berdampak ke penggunaan bahasa..
Kedua pemerintah menerapkan standar yang berbeda dalam ejaan dan kosakata. Korut, menjadi pihak yang jarang mengadopsi bahasa asing.
Pihak berwenang Korut juga secara rutin menghukum warga yang menggunakan bahasa gaul Korsel karena dianggap anti sosialis dan membawa pengaruh buruk.
Mereka yang ketahuan menonton drama Korsel bisa dikirim ke kamp penjara atau bekerja di pertambangan batu bara.
(isa/rds)