Kelompok milisi Hamas Palestina menyerukan mahasiswa di seluruh dunia berunjuk rasa kembali, usai pasukan militer Israel menyerang wilayah Tepi Barat.
Mantan kepala biro politik Hamas sekaligus pemimpin diaspora Hamas, Khaled Mashal, mengimbau mahasiswa untuk kembali mendesak Amerika Serikat dan negara-negara lainnya menghentikan dukungan kepada Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan kembalinya tahun akademik serta menjelang peringatan satu tahun Operasi Badai Al-Aqsa (pada 7 Oktober), harus ada persiapan di semua front untuk mengirim pesan kepada Washington dan dunia guna menghentikan agresi di Gaza," kata Mashal dalam konferensi pers di Istanbul, seperti dikutip Anadolu Agency.
Mashal meminta agar masyarakat internasional tidak "meninggalkan Gaza sendirian". Dia pun mendesak orang-orang di seluruh dunia memulai lagi kegiatan untuk mendukung Gaza.
Ucapan Mashal ini dilontarkan setelah pasukan militer Israel melancarkan operasi besar-besaran ke Tepi Barat pada akhir pekan lalu. Serangan itu disebut-sebut yang terbesar sejak peristiwa Intifada Kedua pada 2002.
Serangan dilakukan di utara wilayah pendudukan di antaranya di Provinsi Nablus, Tulkarem, Jenin, dan Tubas.
Terkait serangan ini, Mashal mengatakan Israel telah blak-blakan melawan Hamas. Ia pun menegaskan Hamas akan melawan Israel secara terbuka.
Agresi Israel di Jalur Gaza hingga kini telah menewaskan lebih dari 40.500 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan. Pada waktu yang sama, lebih dari 660 warga Palestina di Tepi Barat tewas imbas serangan Negeri Zionis. Nyaris 5.400 orang juga luka-luka.
Pada 18 April, mahasiswa pro-Palestina di Universitas Columbia AS pun menggelar protes menuntut kampus menyetop kerja sama dengan entitas terkait Israel.
Para mahasiswa sampai berkemah berhari-hari guna mengajukan tuntutan itu. Aksi itu pun meluas sampai ke universitas lainnya di AS dan Eropa, termasuk Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Kanada.
(blq/dna)