Komandan Pasukan Quds Iran, Esmail Qaani, sedang dalam penyelidikan usai pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tewas karena serangan Israel di Beirut pada akhir September lalu.
Qaani tak terlihat di hadapan publik usai Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di Beirut, Lebanon.
Sepuluh sumber di Iran, Lebanon, Irak, termasuk tokoh senior Syiah yang dekat dengan Hizbullah mengatakan Qaani dan timnya sedang ditahan sementara dan tim terus melakukan investigasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa pihak curiga Qaani terlibat dalam pembunuhan Nasrallah. Dia dan beberapa komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) tiba di Lebanon dua hari usai pembunuhan itu.
"[Mereka ke sana] untuk menilai situasi di lapangan," kata beberapa sumber ke Middle East Eye (MEE).
Kecurigaan terhadap Qaani membesar usai calon bos baru Hizbullah Hashem Safieddine, dilaporkan tewas dalam serangan Israel pada 4 Oktober.
Hashem disebut tewas saat pertemuan Dewan Syura Hizbullah. Nasib dia dan rekan-rekannya hingga kini belum diketahui pasti.
Setelah insiden tersebut, semua kontak dengan Qaani hilang selama dua hari.
Di media sosial sempat beredar Qaani terluka atau tewas dalam serangan Israel.
Namun, sumber IRGC dan pejabat senior Irak mengatakan pemimpin Pasukan Quds itu tak terluka dan tak bersama Safieddine saat rapat Dewan Syura.
Beberapa hari lalu, Iraj Masjedi, wakil komandan Pasukan Quds dan mantan duta besar Iran untuk Baghdad, mengatakan Qaani "dalam keadaan sehat dan menjalankan tugas harian."
Namun, delapan sumber dari Iran, Irak, dan Lebanon mengatakan dia ditahan sementara penyelidikan berlanjut.
"Iran memiliki kecurigaan serius bahwa Israel telah menyusup ke Korps Garda Revolusi Islam, terutama mereka yang bekerja di wilayah Lebanon, jadi semuanya saat ini sedang diselidiki," kata komandan faksi bersenjata yang dekat dengan Iran ke MEE.
"Saat ini belum ada yang pasti. Penyelidikan masih berlangsung dan semua kemungkinan masih terbuka," imbuh dia.
Investigasi Iran seputar kematian Nasrallah juga fokus ke pergerakan terakhir Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, komandan Pasukan Quds yang tewas bersama pemimpin Hizbullah itu.
Dua sumber yang dekat dengan Hizbullah dan sumber-sumber Irak yang paham dengan peristiwa tersebut mengatakan Nasrallah berada di luar pinggiran selatan Beirut sebelum tewas.
Namun, dia kembali ke daerah itu untuk bertemu Nilforoushan dan beberapa pemimpin partai di ruang operasi mereka.
Nilforoushan, yang terbang ke Beirut malam itu dari Teheran, dibawa langsung dari pesawat ke ruang operasi bawah tanah di lingkungan permukiman Haret Hreik.
Ia tiba di sana sebelum Nasrallah. Bos Hizbullah itu lantas masuk dan serangan terjadi tak lama setelahnya.
"Pelanggaran itu 100 persen dilakukan oleh Iran dan tak ada pertanyaan soal ini," kata sumber yang dekat dengan Hizbullah.
Laporan media lain menyebut Nilforoushan merupakan utusan khusus pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk menyampaikan pesan untuk Nasrallah.
Khamenei berpesan agar Nasrallah segera pergi ke Iran karena dia menjadi incaran Israel dan akan segera dibunuh.
Namun, saat itu, Nasrallah menolak dan memilih tetap tinggal di Lebanon.