Keluarga warga Israel yang ditawan Hamas menyerbu Kantor Parlemen pada Rabu (27/11) waktu setempat untuk mendesak pemerintah juga segera gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina.
Desakan ini muncul setelah Negeri Zionis itu menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan milisi Hizbullah di Lebanon pada Selasa (26/11) lalu setelah memperluas agresinya ke negara tersebut sejak September lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu demonstran yang menyerbu kantor Netanyahu, Eli Albag, mengatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas amat diperlukan untuk menyelamatkan warga Israel yang ditawan Hamas di Gaza sejak Oktober 2023 lalu.
Albag juga berpendapat bahwa jika Israel sudah melakukan gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon, maka mereka juga harus segera melakukan gencatan senjata dengan Hamas di Palestina untuk menyelamatkan para tawanan.
"Jika Anda mau (untuk melakukan gencatan senjata di Gaza), silakan. Kami mohon dari lubuk hati kami," kata Albag dilansir Times of Israel.
Sharon Sharabi, saudara kandung dari salah satu tawanan perang Israel di Gaza, juga melontarkan keinginan serupa. Ia mendesak Israel untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza seperti yang telah mereka lakukan di Lebanon.
"Kami telah mencapai gencatan senjata (dengan Hizbullah). Namun, masih ada bahaya nyata bagi penduduk di wilayah utara dan warga negara Israel," kata Sharabi.
Hal ini, kata dia, diperlukan untuk memastikan keselamatan warga Israel yang ditawan Hamas di Gaza dan memulangkan mereka dalam kondisi aman.
"Ada kemungkinan untuk meninggalkan Gaza [demi kesepakatan] dan kembali ke Gaza ketika kita membutuhkannya. Namun, yang terpenting saat ini adalah para sandera kita harus sudah pulang," jelas Sharabi.
Selain itu, warga Amerika Serikat yang keluarganya ikut disandera di Gaza juga turut menyerbu Kantor Parlemen untuk mendesak Israel melakukan gencatan senjata dengan Hamas. Sebab, mereka ingin keluarganya bebas agar bisa merayakan Hari Thanksgiving bersama di rumah.
"Meskipun kami merasa terdorong oleh kesepakatan gencatan senjata di Lebanon ini, kami bertanya kepada diri sendiri 'Kapan anak-anak, orang tua, saudara perempuan dan laki-laki kami akan pulang?' Kami tidak dapat membiarkan kursi-kursi mereka di meja kami kosong selamanya," kata mereka.
Selain itu, dalam pernyataannya, mereka juga mendesak presiden terpilih AS, Donald Trump, untuk bekerja keras demi bisa memulangkan keluarganya yang hingga saat ini masih ditawan Hamas di Gaza.
"Kami mendesak presiden terpilih [AS] [Donald] Trump dan tim transisinya untuk bekerja sama dengan Presiden [Joe] Biden dan pejabat pemerintahannya untuk membawa pulang tujuh warga Amerika, Omer Neutra, Edan Alexander, Judi Weinstein, Gad Haggai, Keith Siegel, Sagui Dekel-Chen dan Itay Chen dan 94 sandera tambahan sekarang," mereka menambahkan.
Konflik antara Israel dan Hamas di Gaza saat ini sudah menyebabkan 43 ribu lebih korban jiwa. Selain itu, tercatat ada sekitar 251 orang lebih yang terdiri dari warga Israel dan AS yang hingga kini masih ditawan Hamas di Gaza.
Meski begitu, alih-alih melakukan gencatan senjata, PM Netanyahu malah kian gencar melakukan serangan brutal ke wilayah tersebut.
(gas/rds)