Dua faksi terbesar di Palestina yang biasanya berseberangan, Hamas dan Fatah, kali ini satu suara menolak usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk merelokasi warga di Jalur Gaza.
Dalam rilis resmi, Hamas menyerukan aksi solidaritas di seluruh dunia untuk "mengecam" rencana Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami, menyerukan kepada massa, rakyat kami, bangsa Arab dan Islam kami, dan orang-orang bebas di seluruh dunia melakukan aksi solidaritas besar-besaran mengecam rencana mengusir rakyat Palestina," demikian pernyataan Hamas pada Rabu (12/2), dikutip France 24.
Di pernyataan terpisah, Hamas menyampaikan apresiasi mereka terhadap Mesir dan Yordania yang menolak gagasan Trump serta membeberkan rencana kembali pembangunan Gaza.
"Kami mengafirmasi bahwa ada rencana Arab untuk membangun Gaza tanpa mengusir penduduk," lanjut Hamas.
Sementara itu, Presiden Palestina sekaligus pemimpin Partai Fatah Mahmoud Abbas turut menolak ide Trump mengambil alih dan mengusir warga Gaza.
"Kami tak akan mengizinkan hak-hak rakyat kami, yang sudah berjuang selama puluhan dekade, dilanggar," kata Abbas pada pekan lalu, dikutip Anadolu Agency.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL WHO Puji RI sampai Prabowo Beri Erdogan Hadiah Senapan-Keris |
Lihat Juga : |
Dia lalu berujar, "Seruan-seruan ini merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional, dan perdamaian serta stabilitas di kawasan tak akan tercapai tanpa berdirinya negara Palestina."
Trump menuai kecaman komunitas internasional usai mengusulkan untuk mengusir warga Gaza dengan dalih pembangunan kembali.
Trump bahkan mengatakan warga Gaza yang keluar dari wilayah itu tak bisa kembali secara permanen.
Politikus Republik itu juga sempat sesumbar ingin membeli dan mengontrol Gaza. Ini berarti Trump menolak kedaulatan dan kemerdekaan Palestina.
Palestina hancur lebur usai agresi Israel sejak 2023. Selama operasi, mereka menyerang secara brutal fasilitas dan rumah warga sipil.
Imbas agresi Israel jutaan rumah hancur, ribuan fasilitas sipil runtuh, dan lebih dari 48.000 orang di Palestina meninggal.
(isa/rds)