Mesir disebut tengah mempersiapkan rencana komprehensif untuk membangun kembali Jalur Gaza, tanpa mengusir warga Palestina dari tanah mereka.
Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, mengonfirmasi rencana tersebut dalam pertemuan dengan Ketua Kongres Yahudi Dunia, Ronald Lauder.
Presiden Sisi menekankan pentingnya memulai rekonstruksi Gaza dan memastikan bahwa penduduknya tidak terusir dari tanah mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlunya semua pihak untuk bertindak secara bertanggung jawab, guna menjaga gencatan senjata, dan memperingatkan bahwa perluasan konflik akan merugikan semua pihak," kata Sisi, dikutip Anadolu Agency.
Dia juga menegaskan bahwa pembentukan negara Palestina berdasarkan kesepakatan 4 Juni 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota, adalah satu-satunya jaminan untuk mencapai perdamaian abadi.
Hal senada juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty. Dia menyebut rencana rekonstruksi Gaza disusun dengan berkoordinasi bersama pihak Palestina dan Arab, serta dukungan internasional.
"Visi Mesir untuk rekonstruksi Gaza sedang disusun dengan koordinasi bersama Otoritas Palestina, negara-negara Arab dan Islam, serta masyarakat internasional yang lebih luas," ujar Abdelatty.
Dalam rencana alternatif itu, kelompok Hamas tidak akan dilibatkan dalam pemerintahan maupun kendali atas rekonstruksi wilayah tersebut.
Proses ini disebut bakal diserahkan sementara kepada komite dukungan sosial atau komunitas.
Negara-negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab dan Qatar, juga tengah bersiap mengajukan tawaran keuangan untuk mendanai rekonstruksi tersebut. Proses pembangunan kembali diperkirakan akan memakan waktu tiga hingga lima tahun, mengingat saat ini 65 persen properti di Gaza telah hancur imbas agresi brutal pasukan Zionis.
Rencana alternatif untuk membangun kembali Gaza muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa waktu lalu berulang kali menyerukan bakal membeli dan mengambil alih Jalur Gaza.
Lihat Juga : |
Trump bahkan menyebut bakal memindahkan warga Palestina dari Gaza ke negara lain seperti Mesir, untuk mengembangkan wilayah kantong itu sebagai "Riviera Timur Tengah".
Gagasan gila Trump itu ditolak negara-negara Arab dan negara lainnya, yang menegaskan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.