Militer Israel semakin brutal melanjutkan operasi darat di Rafah, Gaza selatan pada Jumat (21/3). Serangan terjadi saat gencatan senjata masih berlangsung antara Israel dan Hamas, yang dimulai sejak pertengahan Januari lalu.
Serangan bertubi-tubi Israel juga telah menyebabkan lebih dari 50 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, yang meninggal dunia sejak agresi dimulai pada Oktober 2023 lalu.
Dalam pernyataannya, militer Israel mengeklaim dalam beberapa jam terakhir IDF melakukan operasi darat di Shabura, Rafah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai bagian dari aktivitas tersebut, pasukan telah membongkar infrastruktur milisi dan melanjutkan operasi darat di Gaza utara dan tengah," demikian klaim Israel, dikutip AFP..
Militer Israel lanjut melakukan agresi usai mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas operasi darat dan udara di Gaza.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyebut Trump menyalahkan kelompok Hamas atas kekerasan itu.
"Dia sepenuhnya mendukung Israel dan IDF serta tindakan yang telah mereka ambil dalam beberapa hari terakhir," kata Leavitt seperti diberitakan AFP, Kamis (20/3).
"Presiden menjelaskan dengan sangat jelas kepada Hamas bahwa jika mereka tidak membebaskan semua sandera, akan ada banyak hal buruk yang harus dibayar, dan sayangnya, Hamas memilih untuk mempermainkan media dengan nyawa."
Sejak melanggar gencatan senjata di Gaza, lebih dari 500 orang tewas akibat gempuran Israel. Negeri Zionis berdalih serangan mereka ke Gaza karena Hamas berulang kali menolak membebaskan sisa sandera.
Kelompok Hamas pekan lalu telah mendesak negara-negara Arab dan Muslim untuk segera mengambil tindakan tegas, menghentikan serangan baru Israel di Gaza.
"Pembantaian yang terus berlanjut... memberikan tanggung jawab politik dan moral langsung kepada Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam untuk mengakhiri genosida yang dilakukan di hadapan seluruh dunia."
"Kami menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil tindakan segera di forum-forum internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, dan menerapkan langkah-langkah segera untuk menghentikan agresi," demikian pernyataan Hamas.
Sejumlah negara Barat seperti Jerman, Prancis, hingga Inggris juga telah menyerukan gencatan senjata Gaza segera berlaku kembali. Ketiga negara itu menyebut dimulainya serangan Israel di Gaza menandai langkah mundur yang dramatis bagi rakyat Gaza.
Di Israel sendiri, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuai kecaman. Lebih dari 100 ribu warga Israel menggelar aksi demonstrasi di sejumlah kota besar. Warga Israel khawatir serangan militer di Gaza bisa merusak kesepakatan gencatan senjata dan membahayakan nasib sandera yang tersisa.
(afp/chri)