Iran Ejek Serangan AS: Israel Tak Punya Pilihan Selain Lari ke 'Papa'

CNN Indonesia
Minggu, 29 Jun 2025 06:00 WIB
Iran menilai Israel bak "anak papa" yang mengadu dan bergantung ke AS menyusul intervensi militer Negeri Paman Sam ketika Teheran-Tel Aviv sedang berperang.
Iran menilai Israel bak "anak papa" yang mengadu dan bergantung ke AS menyusul intervensi militer Negeri Paman Sam ketika Teheran-Tel Aviv sedang berperang. (Foto: REUTERS/Tom Brenner)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengolok-olok ketergantungan Israel terhadap Amerika Serikat bak "anak papa" saat berperang melawan Teheran selama 12 hari sejak 13 Juni lalu.

Melalui unggahan di X, Araghchi menilai Israel hanya bisa bergantung pada bantuan militer dari AS  ketika tengah berperang dengan Iran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip Fox News, ia menganggap serangan AS ke Iran di tengah peperangannya dengan Israel ibarat respons dari seorang "ayah" yang melihat anaknya mengadu.

"Rakyat Iran yang Agung dan Perkasa telah menunjukkan kepada dunia bahwa rezim Israel TIDAK PUNYA PILIHAN selain LARI ke 'Papa' demi menghindari dihancurkan oleh rudal kami," bunyi pernyataannya Araghchi di X.

Kicauan itu merujuk pada intervensi AS dalam menghantam fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu ketika Teheran sedang berperang dengan Israel.

Sindiran Araghchi itu juga merujuk pada aliansi AS-Israel, sekaligus upaya terang-terangan menggambarkan Israel sebagai pihak yang lemah dan bergantung kepada Negeri Paman Sam.

Dalam kesempatan itu, Araghchi juga memperingatkan Presiden Donald Trump agar berhenti berbicara tidak sopan dan merendahkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Ia mengultimatum Trump akan ada konsekuensi terberat jika AS terus menghina pemimpin tertinggi Iran.

Araghchi mengatakan jika Trump benar-benar menginginkan kesepakatan dengan Iran, maka ia harus menunjukkan rasa hormat, bukan justru menghina Khamenei.

"Trump harus menyingkirkan nada tidak sopan dan tak dapat diterima terhadap Khamenei dan berhenti menyakiti jutaan pengikut setia beliau," tulis Araghchi.

Araghchi menutup unggahannya itu dengan ancaman yang jelas.

"Jika delusi memicu kesalahan yang lebih besar, Iran tidak akan ragu untuk menunjukkan kemampuan nyata-nya, yang pasti akan MENGAKHIRI semua ilusi tentang kekuatan Iran. Niat baik dibalas dengan niat baik, dan rasa hormat dibalas dengan rasa hormat," paparnya.

Pernyataan keras Araghchi ini muncul hanya beberapa hari setelah perang 12 hari Iran vs Israel berakhir dengan gencatan senjata. Pernyataan Araghchi ini juga muncul kurang dari sepekan sejak serangan udara AS atas perintah Trump menyasar fasilitas nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Konflik 12 hari itu berakhir pada 24 Juni lewat gencatan senjata yang ditengahi AS. Namun, ketegangan pascaperang masih tinggi.

Khamenei mengeklain Teheran telah mengalahkan Israel dan bahkan memberi "tamparan" kepada Washington selama perang berlangsung.

Namun, Trump menolak klaim kemenangan Khamenei dengan menyebut sang pemimpin tertinggi Iran sebagai pembohong dan "konyol."

Ia langsung membekukan wacana pencabutan sanksi terhadap Iran dan mengklaim bahwa berkat dia upaya pembunuhan terhadap Khamenei terhindarkan.

Di platform Truth Social, Trump menulis bahwa ia menolak permintaan pasukan AS maupun Israel untuk "menghabisi" sang Ayatollah, meski sudah mengetahui lokasi rahasianya.

(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER