Israel Bangun Kota Kemanusiaan Buat Warga Gaza, Bak Kamp Konsentrasi

CNN Indonesia
Selasa, 15 Jul 2025 20:15 WIB
Israel kembali berulah dengan rencananya membangun "Kota Kemanusiaan" untuk warga Jalur Gaza Palestina yang disebut-sebut mirip kamp konsentrasi.
Israel kembali berulah dengan rencananya membangun "Kota Kemanusiaan" untuk warga Jalur Gaza Palestina yang disebut-sebut mirip kamp konsentrasi. (Foto: REUTERS/Hatem Khaled)
Jakarta, CNN Indonesia --

Israel kembali berulah dengan rencananya membangun "Kota Kemanusiaan" untuk warga Jalur Gaza Palestina yang disebut mirip kamp konsentrasi.

Menteri Pertahanan Israel Israel Katz yang pertama kali mengungkap rencana kontroversial ini pada 7 Juli lalu.

Rencana itu memuat pembangunan zona tertutup di selatan Jalur Gaza yang akan berlaku jika gencatan senjata antara Israel-Hamas, yang tengah dalam perundingan, akhirnya disepakati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip The Straits Times, Katz menuturkan Kota Kemanusiaan ini akan menampung setidaknya 600 ribu warga Gaza di selatan Gaza.

Zona itu juga akan diisi oleh empat titik distribusi untuk mengirim kebutuhan dan bantuan yang akan diatur di bawah organisasi internasional.

Kota Kemanusiaan ini merupakan tindak lanjut dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke negara ketiga.

Di awal tahun ini, Trump mengusulkan proposal rekonstrusi Jalur Gaza yang telah hancur imbas agresi brutal Israel sejak Oktober 2023 lalu. Dalam proposal itu, Trump mengusulkan untuk merelokasi setidaknya 2 juta warga Gaza ke negara lain sembari wilayah itu dibangun kembali dengan dalih agar bisa mendapat kehidupan yang lebih baik.

Lebih lanjut, Katz menegaskan Kota Kemanusiaan ini yang tampaknya bakal dibangun di Rafah akan bebas dari kehadiran Hamas. Ia juga menuturkan Kota Kemanusiaan ini tidak akan dikontrol oleh Israel, tapi "pasukan internasional".

Namun, yang membuat terkejut adalah Katz menegaskan bahwa orang-orang yang tinggal di Kota Kemanusiaan ini tidak boleh sembarangan keluar dari wilayah itu.

Menteri Israel lainnya, Zeev Elkin, menuturkan skema ini dibentuk demi melemahkan kekuatan Hamas di Gaza.

"Semakin kita memisahkan Hamas dari populasi (warga Gaza), semakin cepat Hamas akan kalah. Selama Hamas mengontrol makanan, air, dan uang, mereka bisa terus merekrut militan.

Bak kamp konsentrasi

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, memperingatkan bahwa Kota Kemanusiaan itu bisa menjadi "kamp konsentrasi" jika warga Palestina yang ditempatkan di sana tidak diperbolehkan keluar.

Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, bahkan secara terang-terangan menyebut rencana pendirian "Kota Kemanusiaan" di Rafah sebagai kamp konsentrasi.

"Saya minta maaf, itu adalah kamp konsentrasi," ujar Olmert dalam wawancara dengan The Guardian.

"Jika mereka [warga Palestina] akan dideportasi ke dalam 'Kota Kemanusiaan' baru itu, maka Anda bisa mengatakan bahwa ini adalah bagian dari pembersihan etnis. Belum terjadi, tapi jika mereka membangun kamp untuk 'membersihkan' lebih dari separuh Gaza, maka tak ada pemahaman lain dari strategi ini selain untuk mendorong dan membuang mereka," tegasnya.

Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, agresi Israel ke Gaza sejak Oktober 2023 lalu telah menewaskan sebanyak 58.026 orang dan melukai 138.520 lainnya.

(zdm/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER