Khamenei: Israel Berambisi Gulingkan Pemerintahan Iran

CNN Indonesia
Kamis, 17 Jul 2025 14:30 WIB
Pemimpin Iran Khamenei sebut serangan Israel dalam perang 12 hari lalu ditujukan untuk lemahkan pemerintahan Teheran.
Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto: AFP/-
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan serangan Israel ke Teheran dalam perang 12 hari Juni lalu, dilancarkan karena Negeri Zionis berambisi menggulingkan sistem atau pemerintahan Iran.

Dalam pertemuan dengan para pimpinan dan pejabat tinggi badan kehakiman serta para hakim agung di Istana Imam Khomeini Hussainiyah, Rabu (16/7), Khamenei mengatakan bahwa perang 12 hari yang diletuskan Israel Juni lalu ditujukan untuk "memicu kerusuhan dan membawa masyarakat turun ke jalan guna menggulingkan sistem Iran."

"Kalkulasi dan rencana agresor (Israel) adalah untuk melemahkan sistem dengan menargetkan tokoh-tokoh tertentu dan pusat-pusat sensitif di Iran," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan yang dirilis situs webnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khamenei berujar Israel berasumsi bahwa dengan menargetkan individu dan situs kunci di Iran, mereka bisa melemahkan pemerintahan Teheran.

Padahal, menurut Khamenei, yang terjadi adalah masyarakat Iran justru bersatu padu membela negara dan melawan agresi Israel di Iran.

Khamenei pun memuji kekompakan rakyat Iran yang mengesampingkan perbedaan pandangan agama serta politik demi melawan Israel.

"Tindakan besar rakyat (Iran) dalam perang 12 hari berasal dari tekad, keputusan, dan kepercayaan diri nasional. Semangat kesiapan untuk menghadapi kekuatan seperti Amerika dan anjing gilanya, Israel, sangatlah berharga," ucap Khamenei.

Khamenei sekali lagi menyatakan bahwa kekuatan Iran telah berhasil membuat Israel ketakutan, yang terbukti dari permohonan Israel kepada AS untuk membantunya memerangi Iran.

Ia menegaskan Iran bukanlah pihak lemah dan tak pernah memulai perang duluan. Apabila Iran diperangi, Teheran jelas akan membalas dengan sekuat-kuatnya.

Serangan Israel ke Iran pada 13 Juni diluncurkan dua hari sebelum Iran dan AS dijadwalkan bertemu untuk negosiasi soal nuklir putaran keenam. Negosiasi ini sudah dimulai sejak 12 April lalu.

Dalam negosiasi itu, Presiden AS Donald Trump memberikan tenggat waktu kepada Iran untuk merespons dalam 60 hari. Namun, sampai hari ke-61, Iran belum kunjung menanggapi AS dan Israel pun melancarkan serangan besar-besaran.

Serangan Israel utamanya menargetkan fasilitas nuklir Iran serta ilmuwan nuklir dan pejabat tinggi militer. Namun, Israel kesulitan menggempur situs nuklir Iran karena sebagian besar terletak di bawah tanah. Israel pun membujuk AS untuk membantu mengebom fasilitas tersebut.

AS, yang awalnya disebut tak mau, akhirnya membantu Israel menyerang tiga situs nuklir utama Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow. Ketiganya kini diklaim hancur total.

Iran lantas membalas AS dengan menyerang pangkalan militer AS di Qatar, Al Udeid, hingga mengakibatkan kerusakan minim.

Iran bersumpah akan membalas AS dan Israel dengan lebih parah apabila keduanya menyerang kembali Teheran.

Dalam perang 12 hari itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian sempat dilaporkan jadi salah satu tokoh yang ditargetkan Israel. Media Iran menyebut gedung tempat Pezeshkian bertemu dengan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dibom Israel.

Meski begitu, Pezeshkian dan para pejabat selamat. Ia hanya mengalami luka ringan di kakinya.

Selain Pezeshkian, Khamenei juga disebut-sebut sempat diincar oleh Negeri Zionis. Namun, rencana itu tak direstui AS. Khamenei sendiri dilaporkan berada di sebuah bunker rahasia di suatu tempat di Iran timur.

Saat berperang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan propaganda kepada masyarakat Iran bahwa serangan Israel ke Iran ditujukan untuk "membebaskan" mereka dari penindasan pemerintah Iran.

"Seperti yang saya katakan kemarin dan berkali-kali sebelumnya, perjuangan Israel bukanlah melawan rakyat Iran. Perjuangan kami adalah melawan rezim Islam pembunuh yang menindas dan memiskinkan Anda," ucap Netanyahu pada 13 Juni.

Netanyahu bahkan menyuarakan slogan "perempuan, hidup, kebebasan," kata-kata yang digunakan warga Iran saat memprotes kematian Mahsa Amini pada 2021.

(blq/dna)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER