Perang Thailand-Kamboja, Gegara Beda Ukur Batas Era Kolonial Prancis

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Jul 2025 21:10 WIB
Thailand dan Kamboja selalu ribut gegara beda ukur perbatasan kedua negara menurut versi masing-masing. (AFP/TANG CHHIN SOTHY)
Jakarta, CNN Indonesia --

Konflik bersenjata antara negara Kamboja dan Thailand disebabkan sengketa perbatasan kedua negara.

Di perbatasan itu pula ada sebuah situs kuil kuno, Ta Muen Thom yang juga diperebutkan. Konflik ini bukanlah yang pertama terjadi.

Sejarah mencatat, konflik perbatasan itu makin sering terjadi setelah Prancis meninggalkan wilayah Indocina.

Indochina Prancis adalah nama kolektif untuk wilayah-wilayah kolonial Prancis di Asia Tenggara, sejak penjajahan pada tahun 1887 hingga kemerdekaan dan Perang Vietnam berikutnya pada pertengahan 1900-an. Selama era kolonial, Indochina Prancis mencakup Cochin-China, Annam, Kamboja, Tonkin, Kwangchowan, dan Laos.

Pada 1904 Prancis memetakan perbatasan Kamboja-Thailand dengan mengikuti aliran sungai alami dan perbukitan. Namun garis perbatasan itu dianggap bermasalah.

Misalnya, area Kuil Preah Vihear, berada di sisi Thailand yang disepakati Prancis. Tapi setelah diukur lagi pada 1907, Prancis menyebutkan masuk ke wilayah Kamboja. Soal pemetaan yang kurang teliti inilah salah satu penyebab konflik ini terjadi.

Situs The Nation memberikan gambaran atas perbedaan perbatasan itu. Saat konflik perbatasan terjadi, sering kali dilihat sebagai masalah politik atau sejarah yang sangat kompleks.

Namun, akar dari konflik yang telah berlangsung selama seabad ini terletak pada sesuatu yang tampak teknis: perbedaan antara dua skala peta, 1:50.000 dan 1:200.000, yang digunakan kedua negara untuk menentukan batas wilayah mereka.

Dalam pertemuan Komisi Perbatasan Bersama (JBC) Thailand-Kamboja keenam yang diselenggarakan di Phnom Penh pada 15 Juni 2025, Lam Chea, Menteri Kamboja yang bertanggung jawab atas Urusan Perbatasan, menyatakan dengan tegas bahwa Kamboja hanya akan mengakui peta berskala 1:200.000, dengan mengacu pada Perjanjian Prancis-Siam tahun 1904 dan 1907. Ia dengan tegas menolak peta berskala 1:50.000 milik Thailand, yang dibuat secara sepihak.

Namun Thailand menggunakan peta skala 1:50.000, yang berarti 1 sentimeter pada peta mewakili 500 meter di lapangan. Skala ini memberikan informasi topografi yang sangat detail, termasuk perbukitan, sungai, dan jalan kecil, sehingga ideal untuk penentuan batas wilayah yang akurat.

Di sisi lain, Kamboja bersikeras menggunakan peta skala 1:200.000, di mana 1 sentimeter sama dengan 2 kilometer dalam kenyataan. Peta buatan Prancis ini empat kali lebih detail daripada peta Thailand, tetapi mencakup wilayah yang jauh lebih luas.

Peta ini lebih cocok untuk perencanaan regional skala besar daripada pekerjaan batas wilayah yang sangat detail.

Singkatnya, perbedaan pemetaan yang dilakukan Prancis itu salah satunya teknologi kartografi masih berkembang kala itu, dan masing-masing negara mengikuti konvensi pemetaan yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan global.

Penggunaan dua sistem pemetaan yang tidak kompatibel yaitu skala 1:50.000 dan 1:200.000 untuk menentukan batas dua negara ini, dampaknya sangat besar.

Di beberapa wilayah, peta Thailand dan Kamboja menempatkan batas wilayah hanya beberapa kilometer, sehingga mengakibatkan klaim yang tumpang tindih dan terciptanya zona sengketa hingga sekarang.

(imf/bac)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK