Minta Gencatan Senjata, Kamboja Dilaporkan Tetap Siap Balas Thailand

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Jul 2025 15:25 WIB
Ilustrasi. Kamboja pada Sabtu (26/7) dilaporkan mempersiapkan serangan balasan di Phu Ma Kua yang telah direbut kembali oleh Thailand. (AFP/STR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kamboja pada Sabtu (26/7) dilaporkan mempersiapkan serangan balasan militer di Phu Ma Kua, perbatasan Ubon Ratchathani, meski sebelumnya mereka meminta gencatan senjata.

Laporan itu disampaikan saat militer Thailand, Second Army Region, memperingatkan warga sekitar mengenai potensi penggunaan senjata besar-besaran oleh pasukan Kamboja.

Nation Thailand memberitakan laporan itu muncul setelah Thailand merebut kembali 90 persen wilayah tersebut dan pengibaran bendera nasional mereka.

Pukul 12.15 siang, halaman Facebook Second Army Region melaporkan, "menyusul Thailand yang baru-baru ini merebut kembali Phu Makua, Kamboja sedang bersiap untuk mengerahkan kekuatan militer yang signifikan."

"Sejumlah besar amunisi proyektil yang ditembakkan dari mortir maupun artileri. Masyarakat diimbau tetap berhati-hati, mengikuti perkembangan resmi, dan menjaga kepercayaan terhadap militer Thailand."

Pada 26 Juli pagi, pasukan Thailand mengibarkan bendera nasional di puncak Phu Ma Kua setelah membersihkan 90 persen wilayah yang sebelumnya telah direbut pasukan Kamboja.

Militer Thailand menyatakan siap untuk segera merespons jika pasukan Kamboja mencoba masuk kembali atau meningkatkan eskalasi permusuhan.

Kamboja sebelumnya menyerukan "gencatan senjata segera" dengan Thailand demi mengakhiri peperangan di perbatasan kedua negara yang meletus selama dua hari terakhir.

Ajakan rujuk ini diungkapkan langsung oleh utusan Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (25/7) malam waktu Amerika Serikat.

"Kamboja meminta gencatan senjata segera tanpa syarat dan kami juga menyerukan penyelesaian sengketa ini secara damai," ujar Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, usai pertemuan darurat dan tertutup Dewan Keamanan PBB yang turut dihadiri delegasi Thailand.

Dalam pernyataannya, Chhea Keo mempertanyakan bagaimana mungkin Thailand, yang dikenal sebagai kekuatan militer besar di kawasan, menuduh Kamboja sebagai tetangganya yang lebih kecil melakukan serangan.

"(Dewan Keamanan) menyerukan agar kedua pihak menunjukkan pengendalian diri secara maksimal dan menempuh jalur diplomasi. Itulah yang juga kami serukan," tambahnya seperti dikutip AFP.

Tak ada perwakilan negara lain yang memberikan pernyataan kepada media usai pertemuan darurat ini. Belum ada konfirmasi respons dari utusan Thailand di PBB soal permintaan Kamboja ini.

Pertempuran sengit meletus antara kedua negara tetangga tersebut pada Kamis (24/7) akibat sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama.

Pertempuran ini menjadi eskalasi paling berdarah antara kedua negara tetangga Indonesia ini selama 13 tahun terakhir.

Menurut Kementerian Pertahanan Phnom Penh, jumlah korban tewas di Kamboja telah meningkat menjadi 13 orang, lima tentara dan delapan warga sipil, dengan lebih dari 35.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.

Di pihak Thailand, militer mengatakan lima tentara tewas pada Jumat (25/7), sehingga total korban tewas di sana menjadi 20 orang dengan rincian 14 warga sipil dan enam militer.

(chri)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK